“Pihak sekolah bisa saja menyelenggarakan peringatan Hari Kartini dengan mengadakan lomba-lomba meriah dengan berbagai macam hadiah tanpa ada unsur judi di dalamnya. Mengajak para sponsor untuk menjadi donatur hadiah, bisa menjadi salah satu solusi. Masih ada waktu untuk membenahi, Bu Aisyah. Jika diperlukan, saya dan beberapa rekan siap membantu mencarikan sponsor atau donatur. Yang penting, jangan sampai ada unsur judi di dalamnya.”
“Ketika Ibu Kartini memperjuangkan hak kaum wanita dulu, ia tak pernah meminta imbalan, tak ingin dianggap sebagai pahlawan. Namun jika kemudian kita menjadikan hari kelahirannya sebagai Hari Kartini, itu sebagai penghargaan kita atas jasa-jasa beliau. Kita seharusnya dapat mengambil inspirasi dari beliau, jangan buat Kartini menangis. Jangan gelapkan yang sudah terang.”
Fahri masih membicarakan beberapa hal teknis lain dengan Aisyah hingga 5 menit kemudian. Aisyah berkali-kali meminta maaf, sekaligus mengucapkan terima kasih kepada Fahri. Dia optimis bisa meyakinkan pimpinan sekolah untuk merubah format kegiatan peringatan Hari Kartini dengan solusi yagn diberikan Fahri. Fahri benar, apapun bentuk dan caranya, taruhan adalah judi, dan itu haram di mata agama, juga dilarang oleh negara. Kalau ingin memperingati, mengambil inspirasi, bukan begini cara yang diinginkan Kartini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H