Dari hadits tersebut, bekaitan erat dengan kata lebur. Semoga dosa-dosa kita seusai ibadah di bulan Ramadhan menjadi melebur dan hilang tergantikan oleh kebaikan dan pahala dari Allah Subhanahu Wa Ta'ala.
Luber, bisa dimaknai meluber, atau bahasa jawanya "ngayah", karena banyak. Ibarat air yang berlebihan di sungai akhirnya meluber di jalanan. Begitu juga saat momen lebaran, banyak makanan yang disajikan di meja untuk hidangan, atau sajian yang tersedia saat kita berkunjung ke saudara untuk "nyadran" sebagai wujud menyambung tali silaturahmi.
Meluber, apabila tidak diatur dengan baik bisa berakibat "isrof" atau berlebih-lebihan, sehingga mengakibatkan makanan yang tidak habis dan terbuang sia-sia. Hal ini tentu mesti kita hindari, jangan sampai memiliki makanan yang terbuang sia-sia. Mestinya kita harus bisa mengelolanya untuk mengantisipasi agar makanan tidak meluber.
Melubernya makanan atau sajian, bisa juga terjadi karena kiriman dari saudara-saudara saat "nyadran" ke rumah. Karena kekhasan makanan atau cemilan lebaran, sehingga satu model berkumpul menjadi satu seperti lepet atau ketupat.Â
Seringkali tidak habis, bahkan sampai basi akhirnya terbuang. Hal ini bisa diantisipasi dengan rooling memberikan lagi kepada tetangga atau saudara, sehingga bisa bermanfaat.
Akhirnya, penulis mengucapkan kepada Admin Kompasiana dan para Kompasianer, Selamat Hari Raya  Idul Fitri 1 Syawal 1439 Hijriyah, Taqobbalallahu Minnaa Wa minkum, Mohon Maaf Lahir dan Bathin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H