Mohon tunggu...
Lukmanul Hakim
Lukmanul Hakim Mohon Tunggu... Jurnalis Warga (JW) cbmnews.net, Divisi OSDM Panwascam Larangan, Koord. JW Belik Kab. Pemalang -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis untuk Perubahan - Jangan Pernah Berhenti untuk Belajar - Selalu Semangat dan Berkarya melalui ide dan gagasan yang dituangkan dalam tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Mengunjungi Masjid Favorit, Jami Al Mubarok

20 Mei 2018   23:21 Diperbarui: 20 Mei 2018   23:44 1465
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sobat Kompasiana yang dirahmati Allah

Hari ke empat sudah kita lewati di bulan Ramadhan ini, semoga kita bisa menyongsong 25 hari kedepan untuk melaksanakan ibadah di bulan Ramadhan yang semoga berkah dan meraih ketaqwaan. Semakin hari tentu kita berharap semakin merasa dekat dengan Allah dengan menjalankan ibadah kepada-Nya.

Salahs satu tempat favorit di bulan Ramadhan bagi kaum Muslimin adalah Masjid. Masjid tempat ebraktifitas untuk ibadah dan mencari ilmu dien sebagai penambah pengetahuan keislaman. Berbagai pengajian di gelar di bulan Ramadhan yang diselenggarakan di Masjid. Dari kegiatan buka puasa bersama jelang Sholat Maghrib sampai kuliah subuh.

Masjid Favoritku dulu

Masih teringat, 15 tahun yang lalu, saat penulis hampir setiap hari melaksanakan sholat di Masjid Al Mubarok, Masjid Jami di Kecamatan Larangan kabupaten Brebes. Biasanya untuk sholat asar bersama teman-teman seusai mengaji di salah satu majelis Ta'lim yang lokasinya lumayan jauh dari Masjid. Namun, dengan jalan kaki bersama, terasa dekat untuk menuju lokasi.

Lain dulu lain sekarang, mungkin saat itu sudah biasa berjalan kaki bersama kawan-kawan sambil bercanda tawa, namun saat ini mungkin akan malu karena hampir mayoritas menggunakan kendaraan sepeda motor untuk menuju ke lokasi.

Kebahagiaan masa itu, mungkin tidak bisa dirasakan remaja saat ini yang sulit untuk berjalan kaki bersama kawan-kawan menuju ke rumah Allah untuk beribadah. Sebuah kenangan yang tak terlupakan saat itu di Masjid Al Mubarok

Profil Masjid Al Mubarok

Dilansir media simas.kemenag.go.id,awal berdiri Masjid Al Mubarok berasal dari berdirinya Musholla H. Ilyas di sebelah Timur Balai Desa Larangan dengan pondok pesantrennya. Mengingat terbatasnya luas tanah musholla tersebut sementara jamaah terus bertambah perlu sekali untuk pengembangan. H. Anwar alias Santa Jiwa H. Abdul Goni yang merupakan putra asli Desa Larangan mempunyai cita-cita mengembangkan Islam maka beliau memberikan tanah miliknya yang berada di sebelah Selatan Irigasi Larangan untuk wakaf pembangunan masjid Larangan.

Awal dibangunnya, masjid tersebut menggunakan kayu papan pada tahun 1809 M. sampai sekarang bangunan yang semula papan sudah direhab sampai tiga kali menjadi bangunan yang permanen. Untuk rehab yang ketiga kali merupakan rehab total yaitu pada tahun 1999 sampai sekarang masih diadakan pembenahan daan proses penyelesaian dengan menghabiskan dana kurang lebih sebesar 2 milyar rupiah.

Masjid Al-Mubarok Larangan sebelumnya hanya masjid jami tetapi karena letaknya di ibukota kecamatan, maka berdasarkan musyawarah statusnya berubah menjadi Masjid Besar Al-Mubarok Larangan. Pada tahun 2010 Masjid Besar Al-Mubarok Larangan sedah menjadi yayasan dengan keputusan Kemenkumham Republik Indonesia dengan nomor AHU-3457.AH.1.04.2010.

Bulan Ramadhan, Masjid Al Mubarok menjadi Favorit

Masih teringat saat penulis masih duduk di bangku SMP, sangat senang bisa hadir rutin di Masji Al Mubarok seusai Sholat Asar untuk mengikuti pengajian ceramah oleh Mubaligh yang dijadwal tiap harinya. Mendapat siraman rohani dan merangkumnya untuk ditulis di buku kegiatan bulan Ramadhan dan meminta tanda tangan kepada penceramah.

Apakah saat ini masih sama seperti yang dulu ? Ternyata, saat ini tidak semeriah yang dulu, dimana siswa sekolah berebut tanda tangan penceramah sebagai bukti kegiatan di bulan Ramadhan. Entah apa alasannya, padahal mereka juga masih mendapat tugas mengisi buku Ramadhan, namun tidak semangat seperti masa kecil penulis.

Apakah karena efek perkembangan teknologi, sehingga para pelajar saat ini lebih nyaman duduk di rumah untuk bermain game di android dan aktif di media sosial untuk melihat informasi atau perkembangan postingan dari teman facebooknya.

Ini Kemajuan atau kemunduran ?

Sebetulnya, tergantung sudut pandang bagaimana orang melihatnya. Perkembangan media sosial yang bisa dimanfaatkan dengan baik tentu tidak mengapa, namun kalau media sosial digunakan untuk hal yang negatif, sehingga jauh dari Masjid, ini yang bahaya. Masjid hanya didatangi saat Sholat Jumat saja, namun untuk sholat yang lain lebih nyaman di rumah atau di tempat kerja.

Masjid yang dulu menjadi favorit padahal tidak semegah saat ini dengan tampilan bangunan bertingkat dan lantai berkeramik. Namun, kenyamanan dan kebahagiaan saat itu sepertinya sulit didapatkan kembali oleh generasi muda saat ini. Semestinya dengan fasilitas dan kemegahan Masjid menjadi semangat untuk beribadah.

Masjid Al Mubarok sebagai pusat kegiatan Keislaman di Kecamatan Larangan

Seringkali Masjid Al Mubarok dijadikan tempat untuk kegiatan rutin pengajian Muslimat NU yang dilaksanakan seminggu sekali, juga sesekali untuk kegiatan Aisyiyah Muhammadiyah. Sehingga Masjid Al Mubarok adalah milik bersama organisasi tanpa ada yang mengklaim merasa hak milik organisasi tertentu. 

Setiap jelang bulan Syawal, acapkali digunakan untuk lomba Ramadhan berbagai materi seperti Lomba adzan, wudhu, hafalan Qur'an, lomba Da'i Cilik dan cerdas cermat agama Islam. Seperti gambar dibawa ini, salah satu peserta lomba Da'i cilik sedang menyampaikan tausyiyahnya di hadapan peserta dan dinilai oleh juri yang bertempat di lantai 2 Masjid Al Mubarok Larangan.

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun