Sobat Kompasiana yang masih semangat Menulis
Peristiwa demi peristiwa mewarnai wajah Indonesia ini, akhir-akhir ini terjadi musibah bom meledak di beberapa tempat. Hal ini merupakan sebuah musibah yang patut menjadi perhatian semua pihak. Responnya pun berbeda-beda, ada yang berbela sungkawa, mengutuk dan mengecam aksi teroris yang telah menimbulkan korban jiwa.Â
Salah satunya ada yang mencari celah peluang untuk mendongkrak popularitasnya, yakni seseorang yang mengaku dirinya sebagai peramal, dialah Mas Mijan. Penulis sebut Mas Mijan karena masih menganggap beliau masih muda, meskipun dikenal dengan nama Mbah Mijan. Kalau Mbah itu sudah tua, berambut putih dan usia 70 tahun keatas, jadi lebih baik kita panggil "Mas Mijan".
Tiba-tiba, dia mengangkat postingannya beberapa bulan lalu, seolah ini lho ramalan saya betul, apa yang saya katakan benar-benar terjadi. Seolah ingin meyakinkan banyak orang bahwa tulisannya telah terbukti. Padahal sebetulnya, postingannya di twitter masih global kalau di analisa. Namun, pemilik akun memosting kembali entah untuk tujuan apa.
Seperti dilansir media detik.com dengan judul kicauan mbah mijan di tahun 2017 menjadi perdebatan netizen,Â
Ada yang menyebut bila Mbah Mijan hanya berkoar.
Jari: "Giliran udah ada pristiwa baru berkoar mbahh."
Sika: "Liat dong itu tweet bulan Jan. Sblm ada peristiwa."
Jangan sampai kita terjebak oleh tulisannya, seolah apa yang ditulis itu kebenaran dan akhirnya membawa kita kepada pemikiran bahwa mas mijan itu "jadug" mempunyai kelebihan atau keistimewaan bisa meramal sesuatu yang akan datang. Ini berbahaya, karena bisa membawa kita kepada kesyirikan karena mempercayai ramalan.
Tameng Tauhid untuk Lawan Ramalan
Keyakinan bahwa segala sesuatu yang terjadi di muka bumi ini adalah karena kuasa Allah Subhanahu Wa Ta'ala harus ditanamkan di dalam diri kita. Janganlah kita mempercayai sesuatu hal yang angan-angan atau ramalan dari seseorang yang mengaku paranormal. Sangat berbahaya apabila kita mempercayai peramal. Ketika kita mendatangi peramal saja, sholat kita tidak akan diterima selama 40 hari 40 malam, apalagi kalau mempercayainya.Â
Rasulullah Shallallahu 'alaihi Wasallam bersabda : Barangsiapa yang datang ke tukang ramal lalu mempercayai apa yang dikatakan maka shalatnya tidak diterima selama 40 hari.Â
Kalau mempercayainya, lebih berbahaya lagi, Rasulullah Bersabda : Barangsiapa yang mendatangi seorang dukun atau peramal, lalu dia percaya pada apa yang dikatakan maka dia telah mengingkari (kufur) syariah Allah yang diturunkan pada Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi Wasallam.
Dalam hal mendatangi tukang ramal, ada perkecualian, ketika seseorang datang ke tukang ramal atau berdialog dengannya untuk membuktian kebathilannya, maka itu boleh. Semisal datang untuk membantahnya dan membuktian kebathilannya, lalu direkam sebagai bukti. Â Hal tersebut bukan bagian mendatangi peramal yang diancam dengan tidak diterimanya shalat selama 40 hari.
Kita kembali, dengan akuisisi dari mas Mijan dengan meretweet kembali postingannya beberapa bulan lalu seolah ingin membuktikan bahwa ramalannya betul. Sebagai seorang muslim yang cerdas, kita wajib tidak percaya dengan cuitannya yang seolah menyesatkan dan ingin dianggap oleh khalayak bahwa cuitannya ternyata betul. Padahal cuitannya tidak menyebutkan bulan, hanya global di tahun 2018, kita harus jeli dengan tulisannya. Apapun yang terjadi, kita harus yakini adalah kehendak Allah.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman :Â "Â Katakanlah: "Tidak ada seorangpun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib, kecuali Allah. " (QS. An Naml: 65).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H