Apa hobi sobat Kompasiana ? Membaca ? Ngemil ? Pelihara burung ? Koleksi batu cincin ? Koleksi permata ? atau apa ?
Teringat zaman dulu, saat media menulis di selembar kertas, teman kita menulis di buku diary kita sebagai kenang-kenangan. Dimulai dari nama, alamat, TTL, Mafa makanan favorit), mifa (minuman favorit) dan hobi / kesukaan. Atau juga saat kita mengisi album kenangan sekolah, ada kolom hobi yang mesti diisi. Berbagai variasi jawaban hobi yang ada, hobi membaca, dengerin radio, ngemil, nonton TV dan sebagainya.
Ada yang menarik, dari sekian macam hobi yang ada, menulis menjadi pilihan sebagai hobi. Zaman dahulu, mereka menulis di buku diary atau bergabung di komunitas menulis seperti ekskul Majalah dinding (mading). Tentu, menulis adalah hobi yang bermanfaat, bisa mengungkapkan ide dan gagasan melalui tulisan.
Zaman Now lebih canggih dari zaman Old
Sebuah peluang dan kesempatan besar untuk bisa mengungkapkan gagasannya dan berargumen sebebas-bebasnya, tentu masih dalam koridor ilmiah dan tidak menulis berkaitan dengan menyinggung SARA dan menghujat pihak lain. Semua bisa diungkapkan secara apik dan bisa dibaca oleh banyak orang.
Sungguh peluang yang sangat besar, bisa berkiprah melalui tulisan di Kompasiana ini, hanya dengan modal kuota saja dan waktu luang untuk menulis. Berapa banyak orang yang harus mengeluarkan uang tidak sedikit, hanya untuk menyalurkan hobi nya. Penyuka burung, mereka harus membeli burung, sangkarnya, makanannya dan rutin merawatnya setiap hari yang mana membutuhkan waktu dan uang. Waktu inilah yang seringkali kita tidak alihkan untuk mengungkapkan ide melalui sebuah tulisan.
Kalau seseorang sudah menjadikan menulis sebagai hobi nya, maka ia akan merasa nyaman dan tidak terbebani untuk selalu menulis dan menulis. Apalagi bisa dikembangkan dengan bergabung di jurnalis. Dari hobi menulis, perlahan ia mampu menyusun sebuah liputan dari kegiatan atau kejadian yang ada di sekitarnya. Kegiatannya sama menulis, hanya berbeda dalam tatat cara atau susunan dan kaidah-kaidahnya.
Tentu, dalam kaidah jurnalistik berbeda dengan sebuah artikel tulisan, dalam jurnalistik mesti memenuhi 5W + 1 H dan memiliki karakter yang sesuai dengan bahasa jurnalistik. Harus bersifat informatif, tidak asal, bagaimana menentukan lead, angle dan banyak lagi. Namun, berangkat dari hobi menulis, bukan tidak mungkin akan bisa membuat tulisan jurnalistik.
Menarik, dalam film negeri 5 menara ada sebuah adegan tokoh Alif saat mendaftar menjadi Jurnalis Pesantren di Media "Syam", seniornya yang diperankan oleh Andika Pratama mengatakan, apa yang menarik dari pembuat berita ? Melalui tulisannya, mampu merubah Dunia. Ini menarik, berapa banyak orang yang melalui tulisan, mampu merubah kebijakan ke arah lebih baik, dengan tulisan mampu sebuah berita yang bersifat lokal menjadi bertindak Global. Maka, menulislah.
Semua orang mampu menulis
Tidak ada alasan untuk tidak mampu, semua orang bisa menulis. Menuangkan gagasannya, dan berani untuk belajar. Penulis awalnya sangat sulit untuk menulis, menyusun sebuah kata-kata seringkali tidak usai. Lalu akhirnya berhenti, merasa tidak mampu, merasa bukan hobi nya menulis., dan alasan lain yang ada di pikiran penulis. Satu solusi agar bisa menulis adalah menulislah apa saja, yang ada di pikiran anda ! Teruslah menulis,meskipun salah, jangan berhenti. Ungkapkan semua, tumpahkan yang ada di fikiran melalui tulisan.
Penulis juga teringat pada adegan film Negeri 5 menara, saat ustadz Salman memotong kayu dengan parang yang sangat tumpul , namun sanggup memotongnya mesti dengan tenaga yang terkuras dan keringat bercucuran. Lalu dia mengatakan, MAN JADDA WA JADA ( Siapa yang bersungguh-sungguh, maka ia akan Berhasil).
MAN JADDA WA JADA...
MAN JADDA WA JADA...
MAN JADDA WA JADA...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H