Mohon tunggu...
Lukmanul Hakim
Lukmanul Hakim Mohon Tunggu... Jurnalis Warga (JW) cbmnews.net, Divisi OSDM Panwascam Larangan, Koord. JW Belik Kab. Pemalang -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis untuk Perubahan - Jangan Pernah Berhenti untuk Belajar - Selalu Semangat dan Berkarya melalui ide dan gagasan yang dituangkan dalam tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Beda Antara Menyimak dan Mendengar

27 April 2018   09:05 Diperbarui: 27 April 2018   09:52 5239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

" Jangan hanya sekedar didengar, masuk telinga kanan, keluar telinga kiri !"

" Simak perkataan saya baik-baik !"

Kalimat  diatas, mungkin sering kita dengar atau bahkan diucapkan oleh kita saat  memberikan nasehat atau mengawali pembicaraan. Tentu, tujuan dari  kalimat diatas agar pembicara mendapat perhatian dan pendengar  mendapatkan hasil atau kesimpulan dari ucapannya.

Ada yang menarik, ketika seseorang mengucapkan kata mendengar dan menyimak. Dua  kata yang berbeda makna, mendengar belum tentu menyimak, namun menyimak  sudah pasti mendengar. Kalau dilihat dari level kualitas, menyimak  lebih tinggi daripada mendengar.

Setiap manusia yang memiliki alat  pendengaran yang normal dan sehat, sudah pasti dapat mendengar segala  macam bunyi dan suara yang baik. Suara kicau burung, suara radio, musik,  murottal Al-Qur'an dan mendengar bunyi yang diterima oleh telinga kita.  Suara-suara tersebut akan bermakna atau tidak tergantung kita  memanfaatkan alat dengar itu bisa berkolaborasi dengan anggota tubuh  lainnya. Apakah ia memilih hanya mendengar saja atau akan menyimaknya ?

Dok.pribadi
Dok.pribadi
Menyimak  ataupun mendengarkan memang menggunakan alat yang sama yaitu alat  dengar, namun seperti yang dijelaskan diatas bahwa menyimak memiliki  tujuan, sedangka mendengar tidak ada tujuan. Sehingga tarigan  mencontohkan tentang menyimak," Tuhu ngeibegina tapi labo idengkehkenna" yang  artinya " Memang didengarnya, tapi tidak disimaknya".Sehingga didalam  bahasa inggris pun ada perbedaan kata untuk mendengar dan menyimak.  kalau mendengar adalah to hear, sedangkan menyimak adalah to listen.

Proses  dalam menyimak bukan hanya mengaktifkan pendengaranya saja, tapi juga  harus bisa konsentrasi pikirannya terhadap apa yang disampaikan  oleh  pembicara. Penyimak harus bisa memperhatikan setiap kata yang diucapkan  pembicara dan kemudian bisa mengambil kesimpulan apa yang sudah  disampaikan.

Perlu  diketahui, menyimak memiliki dua sifat yakni interaktif dan non  interaktif. Menyimak interaktif adalah proses menyimak dengan melakukan  tanya jawab dengan pembicara atau dengan penyimak lain. Jadi ada  interaksi antara dua arah maupun multi arah. Contohnya kegiatan Focus  Group Discussion (FGD), kegiatan pembelajaran di kelas, ceramah  interaktif pengajian, musyawarah dan lainnya. Sesuai dengan perkembangan  teknologi, kegiatan menyimak interaktif juga bisa dilakukan di group  facebook, group Whatsapp dan aplikasi lainnya.

Lain halnya, dengan  menyimak non interaktif, tidak ada interaksi dua arah. Semisal menonton  Televisi, siaran radio, mendengarkan ceramah yang tidak ada sesi tanya  jawab, mendengarkan nasehat dan banyak lagi.

Menyimak merupakan Keterampilan Reseptif

Dok.pribadi
Dok.pribadi
Di  dalam kegiatan menyimak, merupakan keterampilan reseptif yakni menerima  dan memahami pesan yang disampaikan oleh pembicara. Termasuk dalam hal  ini juga membaca juga termasuk didalamnya. Menyimak dan membaca masuk  dalam kategori keterampilan reseptif. Keduanya berperan sebagai penerima  pesan atau informasi dan menyimpulkan hasil dari informasi tersebut.  Dengan menyimak dan membaca, maka informasi akan tersalurkan.

Membaca

Sama  halnya dengan menyimak, membaca juga merupakan keterampilan menerima  informasi atau pesan. Perbedaannya, kalau menyimak itu menrima informasi  pesan secara lisan, sedangkan membaca itu menerima pesan informasi  secara tulisan. Pembaca yang baik tentu akan setara dengan menyimak  tatkala ia mampu konsentrasi dan bisa menyimpulkan hasil dari bacaannya.  Mampu mengetahui apa pesan yang terkandung didalamnya. 

Sperti  dikutip dalam Mata Kuliah Bahasa Indonesia, May (dalam Marzano, 1995)  membagai pemahaman dalam membaca menjadi empat kategori yaitu pemahaman  literal, interpretatif, kritis dan kreatif.

Pemahaman literal merupakan keterampilan memahami yang sederhana atau paling dasar, hanya memerlukan sedikit kegiatan berpikir, Interpretatif lebih tinggi lagi tingkat pemahamannya karena melibatkan keterampilan  berpikir yang diperlukan pembaca untuk mengidentifikasi gagasan dan  makna yang tidak secara jelas dan detail dinyatakan dalam teks.

Sedangkan Kritis,  bukan hanya mampu memaknai secara literal dan bisa menginterpretasikan,  namun mampu menilai apa yang dibacanya. Yang paling tinggi tingkatannya  adalah kreatif, pembaca mampu menerapkan  gagasan-gagasan yang ada pada teks atau bacaan ke situasi baru serta  mampu memperluas komsep-konsep yang ada dalam teks yang dibacanya.

Dalam  hal ini, bagi para penulis kompasiana sebagian besar masuk dalam  kategori kreatif, karena ia mampu menyimpulkan dari informasi yang ia  dapat secara lisan maupun tulisan dan mengaplikasikan gagasannya melalui  tulisan di Kompasiana. Ia mampu menemukan ide-ide brillian dari tulisan  yang hanya dibaca satu alenia, menjadi beberapa alenia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun