Menjelang gelaran rutin tahunan, Haul Akbar Abah Guru Sekumpul, 5 Januari 2025, Kubah Guru Zaini Abdul Ghani yang lebih dikenal dengan abah Guru Sekumpul mulai "bersolek". Geliat warga  sekitar kubah Guru  Sekumpul dan sekitarnya mulai tampak. Warga sudah mulai mendirikan posko - posko di beberapa titik yang telah ditentukan. Begitu juga dengan dapur umum mulai banyak terlihat didirikan oleh warga  Tumpukan kayu bakar menjadi sinyal kuat bahwa Haul Abah Guru Sekumpul  akan segera digelar.
Berbagai persiapan menjelang hajat besar, warga Sekumpul Martapura kabupatn Banjar Kalimantan Selatan mulai terlihat di berbagai tempat. Di sepanjang sisi jalan utama menuju kubah Abah Guru Sekumpul maupun di gang - gang sudah mulai dibersihkan warga sekitar. Â Berbagai sarana untuk memperlancar kegiatan rutin akbar tahunan sudah mulai diadakan dan dibersihkan mayarakat setempat, seperti lahan parkir, wc umum, dan penerangan jalan.
Semua persiapan fisik menyamput datangnya Haul akbar Abah Guru Sekumpul dilakukan  mayarakat dengan biaya swadaya masyarakat. Semua warga berlomba - lomba dengan suka rela menyumbang sesuai dengan kemampuannya, dengan satu harapan mendapat keberkahan dari Abah Guru Sekumpul. Berangkat dari kecintaan yang menumbuhkan keyakinan inilah menjadi energi  dahsat yang bisa menggerakan hampir seluruh elemen warga di Sekumpul khususnya dan di kabupaten Banjar Kalimantan Selatan pada umumnya. Semua lapisan masyarakat membaur menjadi satu untuk satu tujuan mencari keberkahan, dengan gotong royong saling membantu.
Makna Haul Abah Guru Sekumpul.
Haul Abah Guru Sekumpul memiliki banyak makna bagi masyarakat Sekumpul dan sekitar khususnya dan umat Islam pada umumnya.Â
Pertama, Mengenang perjuangan dan pengorbanan. Kelurahan Sekumpul, Martapura, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan, memiliki sejarah yang menarik. Nama Sekumpul mulai dikenal pada pertengahan tahun 1970-an, namun baru populer setelah Kiai Muhammad Zaini bin Abdul Ghani memindahkan pengajian ke lokasi tersebut pada tahun 1989. Sebelumnya, kawasan ini dikenal sebagai Sungai Kacang dan merupakan hutan belantara yang jarang penduduknya. Bahkan sering terjadi perampokan yang disertai pembunuhan terhadap korbannya, karena sunyi dan jauh dari pemukiman penduduk. Guru Sekumpul berhasil menyulap Sekumpul, kawasan padang hutan belantara yang jauh dari pemukiman penduduk - menjadi pusat keramaian penduduk. Bahkan semua warga ingin mendekat. Seiring dengan padatnya manusia di Sekumpul, membuka peluang usaha bagi warga sekitar sehingga meningkatkan pendapatan ekonominya.
Perjuangan Guru Sekumpul
Guru Sekumpul, dalam perjalanan dakwahya melewati berbagai cobaan dan fitnahan. Guru Sekumpul pernah difitnah dan dituduh mengajarkan ajaran sesat. Namun, beliau tetap teguh dan tidak menyerah pada cobaan tersebut. Dakwah tetap dijalankan dengan istiqomah meski fitnahan ada dihadapannya. Seiring waktu berjalan beliau membangun Komunitas dakwah yang diasuhnya dengan rutin setiap malam Senin. Beliau membangun komunitas spiritual yang kuat di Sekumpul, Martapura, dan menjadi pusat perhatian bagi masyarakat sekitar. Bahkan majlis yang diwariskannya berjalan sampai sekarang dan dihadiri oleh ribuan jamaah.
Pengorbanan Guru Sekumpul
Guru Sekumpul yang juga akrab dengan panggilan Guru Ijai dalam berdakwah mengorbankan seluruh waktu dan tenaganya demi melayani umat. Guru Sekumpul menghabiskan waktu dan tenaga untuk mengajar dan membimbing masyarakat. Dalam keadaan sakitpun beliau tidak mau absen untuk meninggalkan jama'ah. Beliau dengan setia membimbing dan mengarahkan umat.
Sebagai pusat dakwah dalam membimbing dan melayani umat, beliau membangun Mushala Ar-Raudhah. Guru Sekumpul membangun mushala yang menjadi pusat ibadah dan spiritualitas bagi masyarakat, dan berlangsung sampai sekarang. Abah Guru, beliau meninggal pada tanggal 10 Agustus 2005, meninggalkan warisan spiritual yang mendalam bagi masyarakat.