Mohon tunggu...
WAHID HASIM
WAHID HASIM Mohon Tunggu... Guru - Baca dan baca lalu tulislah

Guru

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Bangga dengan Pemimpin Muda

27 Juni 2024   15:55 Diperbarui: 27 Juni 2024   15:56 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

" Pemuda hari ini akan menjadi pemimpin di masa depan". Ungkapan di atas tidaklah berlebihan bila kita berharap banyak kepada para pemuda yang akan menjadi para pemimpin. Tren masa kini kaum milenial mulai melirik untuk masuk ke panggung politik. Apakah salah? Tidak ada yang salah dari ketertarikan generasi Z untuk terlibat di dunia politik. Bahkan ini menjadi hal yang positif, bila kawula muda aktifitasnya dalam hal yang positif. Ketimbang melakukan hal-hal yang sering melekat didunia muda mudi, yaitu huru-hara, gang motor, narkoba, minuman keras - serta sederet cap yang melekat pada kaum muda. 

Kalau kita mau sejenak menengok sejarah kemerdekaan negeri ini tidak terlepaa dari pergerakan kawula muda. Ada Bung Karno, Bung Hata, M. Natsir dan masih banyak nama para pemuda yang ikut aktif dalam pergerakan dalam usahanya mewujudkan kemerdekaan bangsa ini. Kemerdekaan bangsa ini tidak bisa terlepas dari kiprah para pemuda saat itu. Mereka dengan gigih  semangat persatuan bahu membahu membangun kesadaran untuk membebaskan negeri ini dari cengkeraman penjajah. 

Meski para pemuda pada saat itu berangkat dari latar belakang pendidikan dan agama yang berbeda, tidak memupuskan persatuan mereka. Perbedaan ideologi, pendidikan, daerah dan bahasa mereka kesampingkan untuk mewujudkan satu tujuan semua anak bangsa saat itu - kemerdekaan. Beragamnya asal usul mereka dalam satu yujung bersama menunjukan jiwa demokratis mereka junjung tinggi, moderasi mereka telah teruji. Meskipun mereka sering debat panas dalam menyampaikan gagasannya, tapi mereka menyadari benar bahwa persatuan dan keutuhan bangsa ini mereka nomer satukan. 

Perjalanan sejarah bangsa ini yang didominasi oleh kawula muda - menjadikan "husnudhon" Penulis atas munculnya pemimpin-pemimpin muda. Pepatah Arab mengatakan "Laisal fata man yaqulu hadza abi, walakinnal fata man yaqulu hadza ana, (Bukanlah seorang pemuda yang menatakan ini bapak saya, tapi seorang pemuda adalah dia yang berkata ini saya" Ungkapan ini tentunya sangatlah masuk diakal. Karena untuk  menjadi pemimpin harus siap menghadapi berbagai masalah yang ada dimasyarakat. Apakah setiap masalah yang muncul yang akan mengatasi orang tuanya? Tidak mungkin kan.?! Apakah ada masalah kelaparan, biaya pendidikan, terorisme, disintegrasi bangsa, dan seabrek masalah akan ditangani bapaknya? mustahil itu terjadi. 

Ramenya sorotam media masa terhadap pemimpin muda tidak terlepas dari contoh perlakuan istimewa dari RI 1 kepada anak - anaknya. Mahkamah Konstitusi memberikan karpet merah untuk sang anak pertamanya, terakhir Mahkamah Agung pun menirukan gaya MK dengan membukakan karpet merah adiknya. Tak heran seluruh warga perhatiannya terpusat pada pemimpin  muda yang prosedur dan perjalanan karir serta kepiawiannya dipertanyakan. Karena mereka berdua tidak menggambarkan sosok pemimpin muda

Contoh yang dipraktekan oleh orang nomer wahid dinegeri ini, nampaknya mulai trend bagi para kepala daerah di bawahnya. Nampaknya negeri ini, daerah  propinsi, kota dan kabupaten pun akan dikuasai oleh dinasti-dinasti yang akan mulai dibangun para penguasanya. Itu harapan para penguasa yang tidak mencontoh para pejuang pendiri bangsa ini. Dan semestinya para "putra mahkota" malu melihat para pemimpin muda pensiun bangsa ini. Mereka bisa menjadi pemimpin muda melalui perjuangan panjang dengan mengorbankan harta, nyawanya, waktu dan pikirannya. 


Tapi penulis yakin seluruh penduduk negeri ini tidak akan rela bila yang memimpin adalah para pemuda yang tidak punya kemandirian, mandiri kekuasaan, mandiri pemikiran, mandiri keputusan. Masih banyak para pemuda generasi negeri ini yang punya potensi unghul, berprestasi punya visi dan kemandirian dibanding  " anak raja"

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun