Mohon tunggu...
WAHID HASIM
WAHID HASIM Mohon Tunggu... Guru - Baca dan baca lalu tulislah

Guru

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Resep Hidup Bahagia (1)

21 Juli 2022   20:09 Diperbarui: 21 Juli 2022   20:12 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

belum tentu jawab kawan disebelah tadi, siapa tau kedua orang tuanya yang duduk di teras itu lagi pusing mikir angsuran mobil mewahnya, belum lagi anak -- anaknya yang nakal -- nakal, makanya diawasi dirumah atau anaknya sebenarnya jenuh main didalam rumah selalu diawasi, mereka ingin main bersama teman-temannya diluar rumah tapi dilarang kedua orang tuanya. 

Itu sekelumit obrolan tentang bahagia yang objeknya satu, ternyata memunculkan dua kemungkinan antara bahagia dan menderita.

Kebahagiaan merupakan tema yang selalu dijadikan bahan pembicaraan orang, bagaimana hakikatnya dan dengan jalan apa yang ditempuh untuk mendapatkannya. Boleh dikatakan seribu pandangan dan pendapat tentang bahagia. 

Sebagian orang menduga bahwa dengan mudahnya fasilitas hidup akibat kemajuan teknologi modern sekarang ini, manusia akan dihantar ke gerbang kebahagiaan hidup dengan sempurna. 

Tetapi anggapan itu ternyata jauh dari kebenaran, bahkan penyakit gangguan kejiwaan akibat implikasi dunia modern semakin banyak.

Itulah bahagia -- kita melihat orang lain yang sedang ceria tertawa-tawa, fasilitas hidup serba ada, dianggap bahagia. Sebaliknya mereka yang kita anggap bahagia ternyata memperhatikan kita, bahwa kita lebih bahagia dari mereka. 

Ternyata mereka yang bergelimang harta melihat orang yang hidup sederhana apa adanya dijalani dengan ketenangan dan kesabaran membuat mereka jadi iri melihatnya.

Bahagia laksana fartamorgana, kita melihatnya indah -- setelah didekati tidak seindah yang terlihat. Begitupun indahnya bahagia, terlihat kasat mata orang di luar sana bahagia, mereka yang terpenuhi semua fasilitasnya, kita merasa menderita, setelah kita tau ternyata mereka yang fasilitasnya lengkap semua kebutuhannya terpenuhi, lebih menderita dari kita.  

Mereka bosan dengan bergelimangnya harta, fasilitas yang serba mewah tidak menjadikannya tenang hatinya.

Demikian juga sering kita melihat ada orang yang menurut kita betapa menderita hidupnya, fasilitas serba minimal dengan segala kesusahan dan keterbatasannya -- ternyata mereka  menjalani dengan tenang penuh kesabaran dan keikhlasan. 

Apapun yang ada selalu mereka syukuri, kondisi apapun selalu diterima dengan lapang dada, inilah yang mengantarkan mereka kepada gerbang kebahagiaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun