Mohon tunggu...
Abu Hasya
Abu Hasya Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Kaum SuFi (Suka Film), suka baca, senang jalan-jalan, ngobrol, pecandu kopi, Publisher di sebuah Penerbit dan Creative Company.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Di Nata Vs Dinata

27 Januari 2014   16:50 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:25 299
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Punya uang pecahan 20.000? Pasti punya ya, cuman segitu kebangetan kalau ga punya. Pernah memperhatikan secara teliti ga fisik uang kertas itu? Saya yakin jarang orang yang dengan teliti memperhatikan fisik dan gambar dari uang 20.000 itu. Kebiasaan kita dengan uang kan hanya untuk dibelanjakan, kalaupun tidak, kita hanya menyimpannya di dompet, memang itulah fungsi uang.

Memangnya kenapa ? Ada yang tahu ga sih, siapa gambar pahlawan yang ada di pecahan uang 20.000 itu? Ayo, bagi yang punya uang lihat sejenak deh. Yup, anda benar. Nama pahlawan itu adalah Oto Iskandar Di Nata, itu yang tertulis di uang itu. Terus kenapa? Pasti pertanyaan selanjutnya begitu. Bagi orang kebanyakan, nama itu mungkin tidak aneh dan normal, sebab memang demikian adanya, tapi bagi saya penulisan nama itu yang agak aneh deh.

Oto Iskandar Di Nata. Bagi Orang yang ahli bahasa tentu akan tahu kalau kata Di dipisah dengan kata lanjutannya maka itu artinya menunjukan tempat, dan kata setelah kata Di itu menunjukan tempatnya. Contoh, gempa di Bandung. Kata di dan Bandung dipisah, karena arti di dari kalimat tadi menunjukan tempat terjadinya gempa, yaitu Bandung. Jadi kalau ada yang bertanya, dimana terjadinya gempa? Jawabannya adalah di Bandung.

Tapi kata Di dalam nama pahlawan nasional Oto Iskandar Di Nata, saya berkeyakinan itu tidak berarti menunjukan tempat, sejauh yang saya ketahui pahlawan nasional tersebut tidak berasal atau dilahirkan di daerah Nata, sebab Nata bukan nama daerah, tapi beliau dilahirkan di Bandung. Lantas, kenapa namanya Di Nata? Saya pikir itu hanya kesalahan dalam penulisan saja, yang benar adalah Oto Iskandar Dinata! Kata Dinata adalah sebuah marga di kalangan ningrat tatar Pasundan, seperti halnya Winata, Kusumah, Sastraningrat dan lain sebagainya. Jadi bukan menunjukan tempat asa. Beda dengan Tengku Cik Di Tiro, kata Di dalam nama pahlawan dari Aceh itu memang menunjukan tempat beliau berasal, yaitu daerah Tiro.

Kalau benar pendapat dan analisis saya, timbul pertanyaan kenapa bisa salah ya? Uang kertas itu kan yang mengeluarkan pemerintah, kok bisa sih pemerintah tidak tahu nama pahlawannya sendiri, salah tulis pahlawannya? Wallahu alam.

Dalam dunia kepenulisan, ada istilah Proofreader. Yaitu seseorang yang mengoreksi kelayakan sebuah kalimat dilihat dari gaya bahasa dan gaya selingkung, proofreader akan membuang tanda baca seperti koma, spasi, titik, tanda seru, dan sebagainya yang dianggap tidak perlu dan mengubah arti bahasa, ataupun malah sebaliknya menambahkan tanda baca tersebut untuk mendukung arti dari kalimat yang sesungguhnya.

Nah, dalam kasus uang 20.000 di atas ( kalau benar apa yang saya kemukakan) maka itu adalah kesalahan yang tidak terkoreksi, mungkin tidak melalui tahapan proof (ada proofreader ga ya buat percetakkan uang?). Kalau tidak ada proofreader atau editor dalam percetakkan uang, maka kemungkinan salam tulis akan terulang kembali, ini akan memalukan!

[M1]

[M2]

[M3]

[M4]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun