"Nggak ada, sudah aku cari2."
"Coba cari sekali lagi. Aku bantuin nyari."
Kami mencari dompet itu ke sana ke mari. Hasilnya nihil.
Hanya uang di dompet itu yang menjadi harapanku untuk bisa sampai rumah.
"Bagaimana nih, Is?"
Nasip..... nasip.... jengkel bercampur marah. Rasanya pingin aku pukuli maling dompet itu. Tega-teganya nyuri dompet mahasiswa miskin seperti kami.
"Kita coba pinjam ke adikku saja, Is. Mungmin dia punya uang." Agung menawarkan ide.
Singkat cerita, kami mampir di rumah bibinya Agung. Adiknya tinggal di sini. Kami disambut dan dijamu di rumah bibinya Agung.
"Dik, kamu punya uang tidak? Aa pinjam dulu. Dompet aa hilang tadi di masjid."
"Aku nggak punya uang, A!"
Agung pingin pinjam ke bibinya, tapi tidak berani bilang.