Mohon tunggu...
Isroi Isroi
Isroi Isroi Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Berbagi Tak Pernah Rugi

Selanjutnya

Tutup

Nature

Menyulap Kayu Jadi 'BENSIN'

29 Juli 2010   07:08 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:30 765
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam waktu tidak lama lagi ilmuwan dunia akan bisa menyulap kayu jadi 'bensin', yaitu bioetanol. Beberapa tahun terakhir banyak dilakukan penelitian intensif di hampir seluruh dunia untuk membuat bioetanol dari bahan-bahan berkayu. Teknologi ini dikembangkan untuk menjawab tantangan global: pemanasan global dan menipisnya cadangan minyak bumi.

Bioetanol dan Isu Pemanasan Global


Isu pemanasan global dan menipisnya cadangan minyak bumi menjadi isu global beberapa tahun terakhir. Dampak pemanasan global sudah mulai kita rasakan sekarang. Mulai dari musim yang sulit diprediksi, bencana di mana-mana, hingga naiknya permukaan laut. Kalau ini tidak dihentikan, dunia sedang menuju kehancurannya.

Para ilmuwan di dunia menyebutkan salah satu sebab pemanasan global adalah pemakaian bahan bakar minyak yang menyebabkan polusi udara dan bolongnya lapisan ozon. Bahan bakar yang sering dipakai untuk kendaraan di seluruh penjuru dunia adalah bensin dan solar. Asap yang keluar dari knalpot dari pembakaran BBM ini sumber polusi udara yang besar.

Para ilmuwan mencari bahan bakar alternatif yang lebih ramah lingkungan dan dapat diperbaharui, yang sering disebut dengan biofuel. Banyak macam dan jenis biofuel yang dikembangkan, salah satu yang gencar diteliti adalah bioetanol. Bioetanol memiliki karakteristik yang mirip dengan bensin dan lebih ramah lingkungan. Pembakaran sempurna bioetanol akan menghasilkan gas CO2 dan air (H2O). Berbeda dengan bensin yang mengandung logam berat (Pb) dan gas CO.

Bioetanol bisa digunakan langsung untuk bahan bakare kendaraan atau dicampurkan dengan bensin. Bahan bakar campuran bensin-etanol disebut gasohol E10 atau E20 dengan campuran etanol 10-20%. Gasohol bisa langsung dipakai ke mesin bensin tanpa harus merubah mesinnya. Penambahan bioetanol bisa meningkatkan nilai oktan bensin. Inilah beberapa keunggulan bioetanol untuk bahan bakar.

Bioetanol Generasi Kedua


Teknologi pembuatan etanol sudah lama berkembang. Orang-orang babilionia jaman dulu sudah bisa membuat etanol dari nira dan bahan-bahan yang mengandung gula. Orang-orang arab mengembangkan teknologi distilasi untuk memurnikan etanol. Teknologi ini kemudian menyebar dan dikembangkan di banyak tempat. Proses pembuatan bioetanol melalui proses fermentasi dengan menggunakan ragi. Gula difermentasi menjadi etanol.

Dengan berkembangnya proses sakarifikasi bahan-bahan berpati menggunakan enzim, bahan baku pembuatan etanol juga berkembang dari gula ke pati. Pati adalah polimer gula atau sakarida. Jika pati dipecah-pecah akan menghasilkan gula yang bisa difermentasi menjadi etanol. Bahan-bahan berpati yang paling banyak dimanfaatkan untuk bahan baku etanol adalah tepung tapioka, tepung jagung, dan bit gula.

Bioetanol berbahan baku gula dan pati disebut bioetanol generasi pertama. Mayoritas bioetanol dunia dibuat dari bahan ini, termasuk bioetanol dari singkong yang banyak berkembang di Indonesia. Namun, dalam jangka panjang bioetanol generasi pertama menghadapi pilihan sulit, karena berkompetisi dengan pangan dan pakan. Gula dan pati adalah bahan pangan dan pakan. Pemakaian gula dan pati akan mengurangi suplai pangan dan pakan. Mau pilih perut kita atau 'perut'nya mobil..???

Para ilmuwan di dunia sudah memikirkan hal ini dan mencari alternatif pengganti gula dan pati. Pilihan jatuh pada bahan-bahan berkayu atau bahan lignoselulosa. Bahan berkayu dipilih karena bahan ini murah, tersedia melimpah ruah, dan tidak berkompetisi dengan pangan dan pakan. Bahan berkayu terdiri dari tiga komponen pokok: selulosa, hemiselulosa, dan lignin. Selulosa dan hemiselulosa adalah polimer gula. Pemecahan kedua bahan ini akan menghasilkan gula dan bisa difermentasi menjadi etanol. Bioetanol yang berbahan baku kayu disebut dengan bioetanol generasi kedua dan saat ini sedang gencar dikembangkan oleh ilmuwan di seluruh dunia.

Proses Pembuatan Bioetanol dari Kayu


Meskipun secara teori memungkinkan, tetapi dalam praktenya membuat bioetanol dari kayu tidaklah mudah. Komponen lignin melindungi holoselulosa (selulosa dan hemiselulosa). Pelindung ini sangat kuat, sehingga holoselulosa sangat sulit dipecah (dihidrolisis) menjadi gula. Inilah tantangan terbesar yang sedang coba dipecahkan saat ini.

Proses merubah kayu menjadi bioetanol melalui beberapa tahapan, yaitu: pretreatment, hidrolisis, fermentasi, distilasi, dan dehidrasi. Pretreatment adalah perlakuan awal terhadap bahan berkayu. Pretreatment ini bertujuan untuk memecah pelindung lignin sehingga kayu menjadi lebih mudah dipecah/dihidrolisis menjadi gula. Langkah berikutnya adalah hidrolisis atau pemecahan holoselulosa menjadi gula. Hidrolisis menggunakan enzim selulase, enzim yang bisa memecah selulosa menjadi glukosa (gula).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun