Mohon tunggu...
Isroi Isroi
Isroi Isroi Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Berbagi Tak Pernah Rugi

Selanjutnya

Tutup

Nature

Jamur di Tumpukan Tankos Sawit

15 Juli 2010   23:21 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:50 22660
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa waktu yang lalu saya jalan-jalan di salah satu perkebunan sawit di Palembang. Luas kebun sawit itu tidak terlalu luas, kurang lebih sekitar 8000 ha (kebun inti) dan 40000 ha (kebun plasma). Tandan buah segar (TBS) yang dipanen dari kebun tersebut kemudian diolah di pabrik kelapa sawit yang letakknya di salah satu ujung kebun. Kapasitas pengolahan pabrik saat ini kurang lebih 50 ton TBS/jam. Dari pengolahan TBS di hasilkan CPO (crude palm oil), limbah TKKS (tandan kosong kelapa sawit), dan limbah cair. Volume limbah TKKS cukup besar. Dalam satu hari bisa mencapai 150 ton. Limbah TKKS menjadi salah satu masalah tersendiri bagi pabrik sawit. Dulu mereka membakar langsung TKKS dengan incinerator, limbah langsung habis terbakar dan abu sisa pembakarannya bisa digunakan untuk pupuk, karena kandungan K-nya yang tinggi. Sekarang pembakaran dilarang pemerintah. Pihak pabrik harus mencari jalan keluar untuk mengatasi masalah limbah ini. Ada beberapa alternatif yang biasa digunakan, yaitu open dumping, mulsa, dan kompos. Salah satunya yang sudah dilakukan adalah untuk mulsa di tanaman sawit. Namun, teknik ini menimbulkan bahaya lain bagi kebun sawit. TKKS bisa menjadi tempat bersarang hama kumbang tanduk yang sangat berbahaya bagi sawit.

picture-117_b
picture-117_b
Metode pengolahan yang lebih menjanjikan adalah dengan dibuat kompos. Dengan teknik konvensional, pengomposan berlangsung dalam waktu yang cukup lama yaitu kurang lebih 3-6 bulan. Bisa dibayangkan berapa luas lahan dan tenaga kerja yang digunakan untuk menampung seluruh limbah TKKS selama 6 bulan. Teknik yang tidak ekonomis dan tidak efisien. Saya datang ke pabrik itu dengan tugas untuk memecahkan masalah ini, yaitu bagaimana membuat/mengolah TKKS menjadi kompos yang lebih ekonomis dan lebih efisien. Pada saat survei di lapang, saya jalan-jalan di sepanjang tumpukan TKKS. Saya amati tumpukan itu dan dari penggamatan saya banyak sekali tumbuh jamur-jamur makro di tumpukan TKKS tersebut. Sebagian jamur-jamur tersebut bisa dimakan. Ukurannya, warna, dan bentuknya bermacam-macam. Jamur ini sepertinya muncul secara bertahap. Seperti ada suksesi dari pertumbuhan jamur ini. Jamur yang pertama kali muncul adalah jamur mikroskopis berwarna oranye cerah yang juga sering disebut jamur oncom, Monilia sp. Jamur ini tumbuh dengan cepat dan menutupi sebagian besar TKKS. Seiring dengan berjalannya waktu, jamur yang tumbuh mulai berganti. Banyak jamur-jamur makro yang tumbuh kemudian. Deskripsi jamur-jamur tersebut saya uraikan di bawah ini. ***

Jamur Oncom

Jamur ini tumbuh segera setelah TKKS keluar dari pabrik. Jamurnya berwarna oranye cerah seperti warna oncom (makanan khas sunda) sehingga sering juga disebut jamur oncom. Jamur ini adalah kelompos jamur mikroskopis. Nama ilmiahnya Monilia sp. Jamur ini sepertinya memakan sisa-sisa minyak yang ada di dalam TKKS. Jamur ini akan terus tumbuh mendominasi hingga sisa minyak tersebut menipis/habis.

Jamur Sensual (Kontol)

dsc_2845_b
dsc_2845_b
Jamur 'Kontol' yang sebenarnya sejenis dengan jamur merang Jamur sensual, begitu saja saya menyebutnya. Orang-orang pabrik sering menyebut jamur ini jamur ‘konthol’ (alat kelamin laki-laki dalam bahasa jawa), karena bentuknya yang mirip dengan alat kelamin laki-laki. Jamur ini enak dimakan, makanya banyak dicari oleh pegawai atau masyarakat di sekitar pabrik. Kalau menurut saya sih jamur ini masih satu genus dengan jamur merang (Volvariela volvaceae). Bentuknya mirip sekali dengan jamur merang, berwarna coklat abu-abu. Waktu muda berwarna abu-abu/coklat dan berbentuk bulat-bulat seperti telur, tetapi ukuran bulatan ini lebih besar dari jamur merang biasa. Ketika mulai besar, akan muncul retakan di ujung bulatan. Setalah itu muncul tubuh buahnya. Ukuran tubuh buahnya bisa sangat besar. Jamur yang pernah saya tanam, diameternya sampai 30 cm. Ukuran bulatan pada saat masih kecil bisa mencapai sekepal tangan orang.
img_0053_b
img_0053_b
Jamur ini enak dibuat tumis, dimasak bareng mie, atau di buat sop. Rasanya kenyal-kenyal dan gurih seperti daging ayam. Jamur ini paling enak ketika masih kuncup (bulat-bulat). Kalau sudah besar rasanya agak kurang enak. Cara memasaknya, bersihkan jamur ini dengan air. Kupas dan hilangkan bagian tudung jamur yang berwarna hitam, cuci sekali lagi. Potong-potong sesuai ukuran yang diinginkan. Siap deh … jamurnya untuk dimasak. Jamur kontol yang ditumbuhkan dengan media TKKS, dapat tumbuh dengan maksimal. Diameter tudungnya mencapai 25 - 30 cm. Jamur yang dipanen adalah yang baru akan merekah yang gedenya sampai sekepal tangah orang dewasa.
picture-117_b
picture-117_b

Jamur PNG 3

picture-117_b
picture-117_b
picture-117_b
picture-117_b
Jamur ini bentuknya sangat mirip dengan jamur sensual. Warnanya lebih putih dari jamur sensual. Ketika masih kecil juga sama, berbentuk bulat-bulat. Jamur ini juga enak sekali dimakan. Perbedaannya dengan jamur sensual adalah pada saat mau mekar tubuh buahnya, di atas tudungnya seperti ada sisa-sisa penutup jamur. Ukurannya pun mirip dengan jamur sensual. Tapi ukuran maksimalnya tidak bisa sebesar jamur sensual.
picture-117_b
picture-117_b
picture-117_b
picture-117_b

Jamur Kuping

picture-117_b
picture-117_b
Jamur kuping adalah jamur yang sering dijual orang di pasar-pasar. Warnanya coklat tua, kenyal, dan bergelombang seperti telinga orang, karena itu sering dinamakan jamur kuping. Jamur ini aku temukan di tempat pembuangan TKKS, bukan dijalur kompos. Di tempat ini banyak juga abu janjang yang dibuang.
picture-117_b
picture-117_b
Secara umum jamur ini mirip dengan jamur kuping yang lain. Tetapi jamur ini lebih tebal dan lebih muda warnanya, coklat terang. Daging buahnya lebih lunak dan tebal. Saya yakin jamur ini enak di makan. Tetapi jamur ini tumbuhnya jarang, jadi tidak banyak orang pabrik yang mengetahuinya.

Jamur Tiram

picture-117_b
picture-117_b
Dilihat dari bentuknya jamur ini mirip dengan jamur tiram putih (Plourotus ostreatus). Tapi jamur ini kecil-kecil sekali. Tingginya tidak lebih dari 3 cm. Berwarna putih bersih dan di bawahnya terdapat lamela-lamela. Jamur ini biasa tumbuh bergerombol. Dan jarang-jarang. Sepertinya jamur ini tumbuh pada tumpukan TKKS yang sudah berumur lama atau sudah melapuk.
picture-117_b
picture-117_b
picture-117_b
picture-117_b
Jamur yang mirip dengan jamur ini juga ditemukan pada kayu yang sedang melapuk. Jamurnya juga kecil-kecil.
picture-117_b
picture-117_b

Jamur PNG 4

picture-117_b
picture-117_b
Sebut saja jamur ini jamur PNG 4. Bentuknya mirip dengan jamur sensual. Banyak orang yang keliru mengambil jamur ini. Pernah suatu ketika ada orang yang mencari jamur. Dia tidak tahu jamur mana saja yang biasa dimakan. Lalu dia ambil jamur ini. Setelah dimasak dan dimakan, dia merasa pusing dan mual-mual, keracunan. Akhirnya orang tersebut di rawat di rumah sakit.
picture-117_b
picture-117_b
Orang yang belum terbiasa akan sulit membedakan antara jamur sensual dengan jamur PNG 4 waktu masih kecil. Karena bentuknya sama-sama bulat kecil, berwarna abu-abu kecoklatan. Perbedaanya adalah terletak padap permukaan atas jamur ini. Di bagian permukaan atas jamur ini berlendir dan terasa lengket kalau dipegang. Jamur sensual tidak demikian. Trus bentuknya lebih kecil dan tidak bisa sebesar jamur sensual. Jamur ini juga tidak memiliki ‘vulva’ seperti jamur sensual. Kalau sudah terbentuk tubuh buah akan terlihat seperti ada cincin di pangkal batangya. Ini adalah salah satu tanda jamur beracun. Hati-hati jangan sampai salah memakan jamur ini, berbahaya.

Jamur PNG 5

picture-117_b
picture-117_b
Seperti biasa, untuk memudahkan kita sebut jamur ini jamur PNG 5. Jamur ini berukuran kecil, kurang lebih setinggi 5-10 cm. Tumbuh bergerombol. Tubuh buah berwarna coklat abu-abu dan agak kasar permukaanya. Pada pangkal batangnya ada bentuk cincin, jadi jamur ini juga beracun. Jangan sekali-kali mencoba jamur ini, kecuali kalau Anda sudah bosan melihat matahari. Jamur ini tumbuh melimpah di permukaan tumpukan TKKS. Ada banyak sekali, terutama setelah turun hujan. Jamur ini mulai muncul pada tumpukan TKKS yang sudah berumur lebih dari satu bulan.

Jamur PNG 6

picture-117_b
picture-117_b
Jamur PNG 6, sebut saja begitu. Seperti jamur PNG 5, cuma warna tudungnya keungu-ungguan. Diameter tudungnya lebih lebar dari PNG 5. Jamur ini juga tumbuh bergerombol di tumpukan TKKS dan ditemukan melimpah di tumpukan TKKS. Jamur ini juga beracun, karena di pangkal batangnya ada cincin. Warnanya yang mencolok juga merupakan salah satu tanda kalau jamur ini beracun.

Jamur PNG 7

picture-117_b
picture-117_b
Jamur ini jamur paling cantik jika dibandingkan dengan jamur-jamur yang lain. Warnanya oranye cerah, menarik sekali. Ukuran tubuh buahnya kecil-kecil dan tidak lebih dari 5cm. Tumbuh bergerombol dan banyak ditemukan ditumpukan TKKS. Dilihat dari warnanya yang cerah, jelas jamur ini perlu dicurigai sebagai jamur beracun. Kalau Anda tidak percaya silahkan dibuktikan sendiri. Coba ambil jamur ini, dimasak, kemudian di makan. Kalau dalam beberapa jam, Anda masih segar bugar, berarti jamur ini kemungkinan tidak beracun.

Jamur PNG 8

picture-117_b
picture-117_b
Jamur ini salah satu jamur kecil-kecil yang aku temukan. Bentuknya mirip dengan jamur-jamur yang lain. Warnanya krem, agak abu-abu. Tumbuhnya juga bergerombol dan ukurannya kurang lebih 5 cm. Jamur ini juga ditemukan melimpah di tumpukan TKKS. *** Foto-foto jamur lainnya:
picture-117_b
picture-117_b
picture-117_b
picture-117_b
picture-117_b
picture-117_b
picture-117_b
picture-117_b
picture-117_b
picture-117_b
picture-117_b
picture-117_b
picture-117_b
picture-117_b
picture-117_b
picture-117_b
picture-117_b
picture-117_b
picture-117_b
picture-117_b
picture-117_b
picture-117_b
*** Itulah tadi jamur yang saya temukan di tumpukan TKKS. Ada jamur yang bisa dimakan, ada juga jamur yang tidak bisa dimakan. Saya belum tahu apa manfaat jamur ini selain bisa dimakan. Namun, dari hasil survei ini menunjukkan bahwa TKKS memiliki potensi untuk menumbuhkan jamur. Sebagian jamur itu mungkin berperan aktif dalam dekomposisi TKKS. Mungkin ada juga jamur yang menghasilkan enzim-enzim yang bermanfaat atau memiliki nilai ekonomi. Artikel ini hanya memaparkan jamur-jamur yang kasat mata. Saya yakin masih ada jamur-jamur lain - atau bahkan mikroba-mikroba lain- yang tidak kasat mata (mikroskopis). Siapa tahu di antara jamur-jamur ini ada yang potensial sekali.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun