Mohon tunggu...
Abim
Abim Mohon Tunggu... Lainnya - Pecundang gagal

Pelajar

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Drama Teater dan Pendidikan Karakter

8 Juli 2023   09:43 Diperbarui: 8 Juli 2023   09:53 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pendidikan karakter telah didengung-dengungkan oleh pemerintah Indonesia sejak tahun 2003. Berbagai upaya yang dilakukan pemerintah dalam mewujudkan pendidikan karakter tersebut. 

Pendidikan karakter tidak saja dilakukan di lingkungan formal saja, melainkan di lingkungan keluarga dan masyarakat juga memiliki peran yang sama pentingnya.

Pada dasarnya karakter pada mahasiswa didapat dari faktor genetik dan faktor lingkungan. Namun yang menjadi pusat pendidikan karakter yang dimaksud oleh pemerintah adalah karakter yang dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan didikan keluarga.

Drama merupakan karya sastra/seni yang diperankan. Dengan drama, nilai-nilai atau pesan-pesan positif dalam naskah drama tersebut
dapat dengan mudah disampaikan pada khalayak ramai. Bagi mahasiswa yang ikut bermain atau menyaksikan pertunjukan sebuah drama, secara
langsung maupun tidak langsung dapat menyelami perwatakan tokoh tiap pemain sehingga dapat memberikan efek positif bagi mahasiswa.

Manfaat yang besar dapat dipetik dari pementasan sebuah drama. Selain mahasiswa dapat mengaplikasikan teori yang dicapainya di kelas, mahasiswa juga dapat menambah pengalaman, menambah wawasan tentang berbagai permasalahan yang ada dalam masyarakat, menyelami berbagai watak/karakter orang yang tercermin dalam tokoh, hingga mengajarkan mahasiswa dalam bersosialisasi.

Drama juga termasuk salah satu karya seni yang kaya nilai-nilai, seperti nilai estetika, nilai didaktis, nilai religius, dan masih banyak nilai
lainnya. Namun kesemuanya itu, tidak terlepas dari ajaran-ajaran moral yang sesuai dengan norma-norma yang berlaku. Sebuah seni drama dikatakan bernilai, jika jauh dari pelanggaran norma adat dan agama, seperti pornografi dan pornoaksi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun