Pengalaman ini membuka mata kedua belah pihak karena ternyata katolik, kristen, dan islam tidak jauh berbeda. Hal ini dikarenakan kedua agama tersebut percaya akan satu yang maha kuasa. Mengikuti kitab yang sama dengan ayat yang mirip. Hanya saja terdapat beberapa penyebutan nama atau istilah yang berbeda.
Kesamaan ini membuat mereka lebih tertarik untuk mempelajari agama satu sama lain. Maka dari itu percakapan yang bermula dari toleransi berubah menjadi diskusi agama yang mendalam.
Pada akhirnya semua murid dan santri sadar bahwa tidak banyak perbedaan yang ada dalam kedua agama tersebut. Lebih banyak kesamaan yang berada dalam agama tersebut. Salah satunya adalah nilai-nilai yang ingin diperjuangkan dari kedua agama tersebut.
Nilai-nilai tersebut adalah untuk menjadi orang baik agar pada akhirnya dapat masuk surga, Kita harus selalu taat kepada Tuhan, dan kita harus berbuat baik kepada sesama.Â
Kesamaan tersebut menyadarkan mereka bahwa sebetulnya kita merupakan saudara dekat dan tidak ada yang dapat memecah belah tali persaudaraan ini.Â
Meski awalnya terdapat rasa ragu antara kedua pihak. Pada akhirnya ragu tersebut hilang dan hanya ada rasa persaudaraan yang terbangun. Semua pihak yang terlibat memiliki pandangan baru dan pengetahuan baru mengenai agama. Sehingga pada akhirnya mereka dapat mewujudkan makna dari Bhineka Tunggal Ika.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H