Indonesia mengakui enam agama. Enam agama itu adalah islam, kristen protestan, kristen katolik, hindu, buddha, dan konghucu. Selain enam agama tersebut terdapat kepercayaan dinamisme dan animisme yang menjadi agama lokal Indonesia. Sehingga perlu ada sebuah toleransi yang terbangun antar agama tersebut.Â
Menanggapi keberagaman tersebut kurikulum Indonesia memasukan toleransi sebagai salah satu bab yang harus dipelajari anak sekolah. Mata pelajaran seperti PKN SD mengajarkan cara masyarakat dapat bertoleransi antar agama.
Pelajaran tersebut biasanya mencakup hal seperti membiarkan kawan yang berbeda agama melaksanakan ibadahnya, Tidak mengganggu saat orang lain beribadah, dan mengucapkan selamat pada saat hari raya keagamaan mereka.Â
Salah satu dasar dari pendidikan toleransi tersebut adalah semboyan negara Indonesia yaitu Bhineka Tunggal Ika. Bhineka Tunggal Ika merupakan sebuah kutipan yang diambil dari kitab sutasoma. Kitab tersebut mengisahkan perjalan sebuah pangeran hindu untuk menemukan dharma.
Dalam kitab sutasoma terdapat kutipan mengenai toleransi perbedaan. Terdapat agama hindu dan buddha, dua agama yang berbeda. Tetapi mereka tetap saling menganal. Hal ini dikarenakan dalam buddha dan hindu Tuhan mereka satu. Sehingga meskipun mereka berbeda, mereka tetap menjadi satu. Sebab tidak ada racun dalam kebenaran.
Bhineka tunggal ika atau berbeda-beda tetapi tetap satu, Hal ini menjadi kalimat yang digunakan bapak pendiri Indonesia sebagai semboyan Indonesia. Hal ini dikarenakan pada saat itu, Indonesia merupakan negara kepulauan yang multietnis dan beragam. Sehingga dibutuhkan sebuah cara agar masyarakat yang dari latar belakang beragam tersebut menjadi sebuah kesatuan. Maka digunakanlah Bhineka Tunggal Ika sebagai semboyan negara.Â
Semboyan Bhineka Tunggal Ika sekarang tetap menjadi semboyan Indonesia. Sekarang suku bukan menjadi permasalahan utama. Melainkan agama menjadi salah satu fokus persatuan di Indonesia. Hal ini dikarenakan agama telah menjadi sebuah alat politik untuk menarik suara rakyat. Sehingga sempat terjadi perpisahan antara agama.
Berkaca pada Bhineka Tunggal Ika, titik tengah persamaan dapat ditemukan dari agama yang dipercayai. Sehingga terciptalah Bhineka Tunggal Ika pada zaman modern.Â
Demi menemukan kesamaan tersebut, beberapa murid Kanisius sebuah sekolah katolik di Menteng  melakukan kegiatan ekskursi ke beberapa pesantren yang berada sekitar jabodetabek. Kegiatan tersebut dilakukan tiga hari dua malam, dari hari rabu hingga jumat pada tanggal 30 oktober hingga 1  november 2024. Â
Kegiatan ekskursi dilakukan agar para murid dapat lebih membuka mata mereka terhadap keberagaman yang ada dalam masyarakat Indonesia serta mendapatkan pengalaman langsung dalam membangun toleransi. Sehingga pada masa depan semua murid dapat membangun Indonesia yang lebih toleran dan mengerti satu sama lain.
Salah satu pesantren yang dikunjungi adalah pesantren muhammadiyah Al Furqon di Singaparna. Dalam pengalaman tersebut beberapa murid membahas mengenai  agama mereka masing-masing dan melihat toleransi dari perspektif agama masing-masing. Murid kanisius menggunakan perspektif katolik dan santri Al Furqon menggunakan perspektif islam.