Pernikahan adalah salah satu momen terpenting dalam kehidupan setiap pasangan. Selain menjadi perayaan cinta, pernikahan juga seringkali sarat dengan nilai-nilai budaya, terutama dalam konteks pernikahan adat. Di Indonesia, dengan kekayaan budaya dan tradisi yang luar biasa, pernikahan adat memegang peranan penting bagi banyak pengantin. Namun, di tengah arus modernitas, muncul pertanyaan: mengapa pernikahan adat tetap penting bagi sebagian pengantin? Apa yang membuatnya tetap relevan dan berharga di era globalisasi ini?
 1. Menghormati Warisan Leluhur
Bagi banyak pengantin, memilih pernikahan adat bukan hanya soal menjalankan serangkaian upacara, melainkan bentuk penghormatan kepada warisan leluhur. Setiap adat dan tradisi memiliki makna mendalam yang telah diwariskan dari generasi ke generasi. Dengan menjalani pernikahan adat, pengantin menunjukkan rasa hormat kepada nenek moyang mereka serta kearifan lokal yang telah membentuk identitas budaya mereka.
Misalnya, dalam pernikahan adat Jawa, ada ritual yang dikenal dengan **panggih**, di mana kedua mempelai dipertemukan setelah menjalani prosesi yang panjang. Dalam prosesi ini, simbolisme cinta, kesucian, dan kebersamaan sangat dijunjung tinggi. Setiap detail, dari pakaian hingga makanan yang disajikan, membawa makna tertentu yang menghargai leluhur dan sejarah keluarga.
 2. Simbol Identitas Kultural
Di tengah gempuran budaya global dan pengaruh modern, banyak orang mulai merasa kehilangan identitas kultural mereka. Bagi sebagian pengantin, menjalankan pernikahan adat adalah cara untuk merawat dan mempertahankan jati diri budaya mereka. Tradisi yang diwariskan, baik dari sisi keluarga maupun suku, menjadi cara untuk menghubungkan diri mereka dengan akar kebudayaan yang lebih luas.
Dalam pernikahan adat Batak, misalnya, ritual **martumpol** atau pemberkatan pernikahan dengan restu dari keluarga besar tidak hanya menyatukan dua individu, tetapi juga melibatkan seluruh komunitas. Proses ini menunjukkan bagaimana adat memainkan peran penting dalam menegaskan kembali hubungan individu dengan komunitas kulturalnya.
 4. Menjaga Nilai-nilai Tradisional
Pernikahan adat bukan hanya sekadar serangkaian upacara atau tradisi, melainkan juga cara untuk menjaga nilai-nilai tradisional yang penting. Nilai-nilai seperti kebersamaan, gotong royong, rasa hormat kepada orang tua, dan komitmen jangka panjang sangat dijunjung tinggi dalam pernikahan adat. Setiap prosesi dan ritual sering kali dirancang untuk menegaskan kembali pentingnya nilai-nilai tersebut dalam kehidupan pernikahan yang baru.
Sebagai contoh, dalam pernikahan adat Minangkabau, upacara **turun mandi** yang dilakukan sebelum pernikahan adalah simbol dari penyucian dan kesiapan untuk memulai kehidupan baru. Upacara ini mencerminkan pentingnya nilai kebersihan, kesucian, dan kesiapan mental serta spiritual dalam memasuki babak baru kehidupan.
 5. Simbolisme dalam Setiap Ritual
Setiap elemen dalam pernikahan adat memiliki makna dan simbolisme yang kaya. Mulai dari pakaian pengantin, prosesi adat, hingga makanan yang disajikan, semuanya memiliki arti tertentu yang mencerminkan harapan-harapan baik untuk mempelai. Dalam banyak kasus, simbolisme ini memberikan kedalaman spiritual dan makna yang lebih mendalam dibandingkan dengan pernikahan modern yang cenderung lebih sederhana.
Sebagai contoh, dalam pernikahan adat Bali, ada ritual **ngidih** di mana keluarga pengantin pria meminta izin kepada keluarga pengantin wanita untuk meminang putrinya. Ritual ini penuh dengan makna penghormatan dan kerendahan hati, di mana pengantin pria tidak hanya "meminta" pengantin wanita, tetapi juga harus menunjukkan kesediaan untuk menghormati dan melindungi keluarganya.
 6. Perasaan Keterhubungan Emosional
Bagi banyak pengantin, pernikahan adat membawa perasaan keterhubungan emosional yang mendalam dengan sejarah keluarga dan budaya mereka. Setiap prosesi dan upacara menjadi momen yang sarat emosi, di mana pengantin tidak hanya merayakan cinta mereka tetapi juga merasakan kebanggaan akan akar budaya mereka. Prosesi adat yang dijalani bersama-sama dengan keluarga besar juga menimbulkan perasaan kedekatan dan kebersamaan yang sulit didapatkan dalam pernikahan modern.
Sebagai contoh, dalam pernikahan adat Sunda, ada prosesi **saerahan** di mana kedua keluarga bertukar hadiah sebagai tanda kesepakatan dan kebersamaan. Pertukaran ini melambangkan keterhubungan antara dua keluarga dan menunjukkan bahwa pernikahan adalah langkah besar yang melibatkan seluruh keluarga.
 7. Pernikahan Adat di Era Modern
Meski modernitas terus berkembang, pernikahan adat tetap relevan dan menjadi pilihan bagi banyak pengantin. Bagi sebagian orang, menggabungkan unsur-unsur tradisi dengan gaya modern adalah cara untuk tetap menghormati budaya tanpa harus melepaskan kenyamanan dan efisiensi yang ditawarkan oleh pernikahan masa kini. Kombinasi ini menciptakan pernikahan yang unik, di mana pengantin dapat tetap merasa terhubung dengan budaya mereka sambil tetap merangkul elemen-elemen modern.
Pada akhirnya, pentingnya pernikahan adat bagi beberapa pengantin terletak pada kemampuan tradisi untuk menghubungkan masa lalu dengan masa depan, menciptakan ikatan yang kuat antara individu, keluarga, dan komunitas. Meski dunia terus berubah, tradisi pernikahan adat tetap menawarkan makna mendalam yang tak lekang oleh waktu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H