Bagi saya ini terlalu memakai azaz praduga tak bersalah tanpa ruang dialetik rasional. Karena inti dari setiap pertanyaan adalah ekspresi penjiwaan. Semua yang telah keluar merupakan bagian dari dinamika silaturahim dan analisa sosial.
Oleh karenanya, manusia semua pasti menginginkan pernikahan. Sepasang lawan jenis yang ditakdirkan berumah tangga merupakan wujud dari pertanyaan-pertanyaan. Bukan wujud dari pembungkaman.
Memang ada juga sih, dijamannya Siti Nurbayah seorang gadis yang menjadi simpatis banyak lekaki kolonial. Jaman yang berkarakter feodalis sehingga jodoh berada ditangan kedua orang tua bukan dari rasa cinta antara kedua insan.
Baik, begitulah polemiknya dalam ruang sosial kemasyarakatan. Ini tentu bisa diperdebatkan. Culture hitam dan putih akan terus menyala sembari menunggu curah hujan untuk memadamkannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H