Mohon tunggu...
Sabri Leurima
Sabri Leurima Mohon Tunggu... Freelancer - Ciputat, Indonesia

Sering Dugem di Kemang Jakarta Selatan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Katanya Negara Hukum, Tailaso!

17 Agustus 2019   12:36 Diperbarui: 17 Agustus 2019   12:40 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Design Canva

Disebuah pangkalan ojek bernama Palestina, terdapat 3 orang pemuda berkulit hitam manis yang sedang asyik nonton berita disaluran TV Mainstream. Beberapa pemuda itu diantaranya; Boger, Dako dan Fredy.

Berita yang disiarkan membahas terkait bagaimana seorang kakek/tete tua di Jawa Timur dihukum 2 tahun penjara akibat menebang kayu Mangrove untuk kayu bakar. Tete tua itu divonis karena sudah melanggar UU No 27 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.

Sementara masih di siaran TV yang sama namun dengan presenter berbeda. Bos perusahan yang membakar hutan di Riau bebas dengan cepat.

Dua kontradiksi ini kemudian menimbulkan responsif oleh Fredi, Dako dan Boger, yang sedang berada di depan layar TV. Ekspresi ketiga raut wajah orang ini pun terkesan aneh, sakit hati, kesal takaruang.

Semisal Fredi yang awalnya tertawa hingga kemudian ingin mematikan TV. Negara semacam apa ini? Kok bisa penebang kayu untuk kayu bakar saja dihukum 2 tahun penjara sementara yang membakar hutan dibebaskan," kata Fredi dengan kesalnya sambil mengutak atik remote Tv.

Jangan heran Fred, sambung Boger, pejabat yang punya uang banyak memang seperti itu faktanya. Penjara ibarat rumah kedua yang tak kalah fasilitas. Mereka didalam penjara selain bertebar serba kemewahan, juga punya orang dalam. Jadi wajar kalau bebas cepat," ungkap Boger.

"Katanya negara hukum, tailaso," sambut Dako dengan lugasnya.

Maka dari itu katong sebagai rakyat harus pilih pemimpin yang berani menegakan hukum sebagai panglima. Berani membela kebenaran dan keadilan.

Kebenaran dan keadilan tailaso," teriak Fredi.

Fredi, Boger, dan Dako terbilang pemuda yang kritis. Berprofesi sebagai tukang ojek pangkalan bukan menjadi hambatan dalam memahami penerapan hukum yang berkeadilan sosial.

Negara kita ini sedari dulu begini-begini saja. Hukum milik orang bermodal, anjengnya pemerintah. Akibatnya rakyat kecil banyak menjadi korban hukum," tandas Dako lagi.

Sedang seruh-seruhnya berdiskusi, Boger hendak mangkir dari Dako dan Fredi karena ditelpon langganan ojek.

 "Wey kamong dua, beta ojek dulu ee? Langganan ada telpon suruh jemput nih," kata Boger sembari menyalakan motor maticnya lalu bergerak menuju sang pelanggan.

Kepergian Boger dari panggkalan ojek Palestina tidak mengurangi suara diskusi antara Fredi dan Dako. Selang beberap menit kemudian, Samin/sam akhirnya muncul. Forum tetap stabil. Sam ternyata tak kalah kritis juga. Iyalah, Sam ini kan mahasiswa Politik.

Nah, ini dia," ucap Fredi menyambut kedatangan Sam.

Bagaimana itu," jawab Sam saat sedang mengusap wajah yang penuh keringat dengan handuk kecil orange miliknya.

Coba ose nonton berita ini, kebetulan ose mahasiswa to? perusahan dong bakar hutan tapi masa tahanan paling cepat e Sementara ada berita satu lagi, tete tua palencuri kayu saja dihukum 2 tahun penjara," terang Fredi.

Hahaha... ose kaget kah kaka Fred" jawab Sam dengan tawanya.

Jangankan itu, dana haji saja dikorup oleh seorang politis yang sering bicara sok islam, ehh tau-taunya dipanggil KPK," jelas Sam sambil tertawa lagi.

Jadi katong orang kampung ini tidak usah terpengaruh dengan orang-orang kota. Mari katong fokus jaga hutan dan laut katong. Di pulau Jawa, Kalimantan, Sumatera, Papua banyak hutan yang ditebang takaruang. Akhirnya banyak orang terpinggirkan dari tanah lahirnya sendiri," pungkas Sam.

Iyo ee nonton berita-berita begini to, bikin hati jadi sakit," ucap Fredi sangkil kesalnya.

Yasudah kasih mati saja to itu Tv, biar tenang ose punya hati itu tailaso e," jawab Sam sambil tertawa lagi.

Tv akhirnya dimatikan Fredi. Diskusi pun ikut berakhir karena harus ojek untuk kebutuhan jajan anak ke sekolah. Terkecuali Sam yang belum memiliki permaisuri.

Catatan*

Tailaso: Ekspresi kritik pedas dalam bahasa orang Timur
Katong: Kita
Ose: Kamu
Beta: Aku
Tete: Kakek

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun