Bicara kontekstual pun demikian. Di Maluku, mulai dari kaum perempuan, laki-laki, anak kecil, hingga orangtua sangat antusias terhadap sepak bola. Fakta ini bisa dicek, bila ada kompetisi Piala Dunia. Apalagi mereka bila diajak berdebat soal bola, nomor satu sudah. Bahkan pengamat sepak bola pun bisa kalah debat sama mereka. Memang debat tak berdasar tapi itu bukan ukuran yang penting semangat bicara bola.
Tentu berbagai problem yang menghambat klub sepak bola profesional di Maluku harus dicari jalan keluarnya. Senyata, daerah yang lain bisa masa kita tidak. Maluku memilik 11 kabupaten/kota. Saya rasa untuk merangkul 23 pemain tidak begitu sulit didapatkan. Lebih jelasnya indikator masalh di atas segera dicari benang merahnya dulu.
Semoga juga, gubernur baru Maluku dan jajarannya bisa menjadikan klub sepak bola Maluku sebagai agenda prioritas karena ini menyangkut bakat dan minat anak-anak muda generasi Maluku. Tenang, masyarakat mendukung kok.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H