Aktivitas literasi jalanan kini mulai banyak digemari anak-anak muda. Dilakukan untuk memberantas kebodohan masyarakat dan membudayakan membaca sebagai jendela dunia.
Sekumpulan anak-anak muda yang tergabung dalam Komunitas Perpustakaan Paparisa Wahai (PPW), Seram Utara, Kabupaten Maluku Tengah. Mencoba menggulingkan budaya malas baca lewat perpus jalanan yang digelar.
Prioritas utama dari PPW adalah masyarakat Seram Utara pada umumnya dan anak-anak pada khususnya. Bagaimana kemudian PPW Â Seram Utara dan Wahai mampu merubah pola pikir anak untuk tekun dalam belajar dan giat untuk meraih cita-cita di masa depan.
Setelah di hubungi salah seorang penggerak PPW, Utoyo Usman Pellu, mengatakan kami masyarakat Seram Utara sudah saatnya bangkit dari keterpurukan malas membaca buku.
" Budaya baca buku tidak terlalu menarik bagi masyarakat disini, namun bila ada pesta atau acara mabok nomor satu sudah dorang (mereka)," Ungkap Utoyo Pellu.
"Anak- anak Seram Utara, tambah Utoyo, jangan sampai terjebak pada hal-hal aktivitas yang tidak bermaamfaat. Mereka masih punya masa depan yang panjang bila didukung dengan semangat rajin belajar dan membaca," Tegas Utoyo.
Utoyo juga menerangkan agar semua elemen masyarakat, Pemda, dan dinas-dinas terkait di Maluku Tengah, harus jelih dalam mengembangkan sumber daya manusia secara maksimal. Jangan sampai SDM dianggap bukan agenda prioritas, itu keliru.
Penelitian PISA menunjukkan rendahnya tingkat literasi Indonesia dibanding negara-negara di dunia. Ini adalah hasil penelitian terhadap 72 negara. Respondennya adalah anak-anak sekolah usia 15 tahun, jumlahnya sekitar 540 ribu anak 15. Sampling error-nya kurang lebih 2 hingga 3 skor.
Kefakuman dalam hal membaca di Indonesia ternyata menurut saya disebabkan maraknya dunia internetan yang membuat banyak orang dan anak-anak menjadi apatis dan berselera instan.