Mohon tunggu...
Sabri Leurima
Sabri Leurima Mohon Tunggu... Freelancer - Ciputat, Indonesia

Sering Dugem di Kemang Jakarta Selatan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Surat An-Nisa 108 dan Propaganda Simpatisan

21 Mei 2019   16:54 Diperbarui: 21 Mei 2019   17:24 2212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah resmi rekapitulasi surat suara nasional oleh Komisi Pemilihan Umum ( KPU ) pada selasa malam, 21 Mei 2019. Hasilnya, Jokowi-Maaruf keluar sebagai pemenang Pilpres dengan memperoleh 55.50%, sementara Prabowo-Sandi 44.50%. selisih suara adalah 11%. Jokowi yang unggul di 21 Provinsi, akhirnya menjadi presiden rakyat Indonesia.

Hasil putusan diatas kiranya akan mempersatukan umat setelah lama berada dilorong kebencian dan kabar hoax, padahal percikan-percikan ketidakpuasan dan aroma-aroma kebencian masih tecium di bulan suci ini. faktor-faktor ini terjadi ialah; Pertama, KPU mengumumkan hasil pada saat orang tidur. Kedua, sebenarnya jadwalnya 22 mei tapi malah dimajukan.

Simpatisan yang tidak menerima kekalahan pun kini banyak menggunakan cara-cara tidak sejuk sebagai alat propaganda rakyat. Propaganda dilakukan dengan membuka lagi ayat suci al-quran surah An-nisa 108. Pantauan saya di media sosial surah an-nisa menjadi mode status yang di posting oleh simpatisan pendukung yang tidak puas. 3 dari 10 simpatisan adalah mereka yang memposting status dengan dalil ayat suci  surah an-nisa tersebut. ada juga yang berkomentar dengan mengirim gambar surat itu. berikut adalah isi suratnya an-nisa (108):

Mereka bersembunyi dari manusia, tetapi mereka tidak bersembunyi dari allah, padahal allah beserta mereka, ketika pada suatu malam mereka meetapkan keputusan rahasia yang allah tidak ridhai. Dan adalah allah maha meliputi (ilmu-nya) terhadap apa yang mereka kerjakan.

Hal semacam ini yang ditakutkan adalah mereka yang buta, tiba-tiba berteriak membela islam dan rela mati atas nama ayat suci. Terus memperbanyak musuh lagi, hidup dalam kotak-kotakan lagi. karena fakta kontekstual Indonesia adalah negara yang mayoritasnya muslim terbesar di dunia. Sehingga dengan muda untuk melancarkan serangan propaganda untuk memecah belah rakyat.

Oleh karenanya, sebagai negara hukum seharusnya kita patut  menghargai putusan KPU sebagai lembaga negara penyelenggara pemilu di Indonesia. KPU merupakan lembaga negara yang dilindungi undang-undang. Bila merasa ada yang curang atau keluar dari pesan UU, bertindaklah secara soft dan profesional. Tempulah jalur-jalur konstitusi secara demokratis, saya rasa itu lebih bagus. Bukan menjadikan ayat suci al-quran sebagai tolak ukur dan kampanye propaganda, besar potensi ricunya bila terus dilakukan. Tentu tidak bermartabat bila cara akhir dengan perpecahan dan kekacauan.

Penggunaan ayat suci untuk doktrin kebaikan, saya rasa itu sah saja. Tapi bila keluar jauh untuk menimbulkan permusuhan dan kekacauan, islam mengharamkan itu. Beda konteks penggunaan ayat suci alquran di masa nabi dan sekarang. Setau saya selepas kepergian nabi besar Muhamad SAW, pesan yang ditinggalkan adalah pesa damai, bukan perang.

 Senyata islam itu agama damai dan penuh cinta kasih. Saatnya bersatu lagi untuk Indonesia lebih baik. Segala bentuk permusuhan semoga dibulan ramadan yang penuh berkah ini kita dibukakan sifat maaf atas semua perbuatan yang kita lakukan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun