Mohon tunggu...
Abi Hasantoso
Abi Hasantoso Mohon Tunggu... Akuntan - Jurnalis

Lahir di Jakarta pada 26 Februari 1967. Berkecimpung di dunia jurnalistik sebagai wartawan Majalah HAI pada 1988 - 1994. Selama bekerja di majalah remaja itu ia sempat meliput konser musik New Kids On The Block di Selandia Baru dan Australia serta Toto dan Kriss Kross di Jepang. Juga menjadi wartawan Indonesia pertama yang meliput NBA All Star Game di Minnesota, AS. Menjadi copywriter di tiga perusahaan periklanan dan menerbitkan buku Namaku Joshua, biografi penyanyi cilik Joshua Suherman, pada 1999. Kini, sembari tetap menulis lepas dan coba jadi blogger juga, Abi bekerja di sebuah perusahaan komunikasi pemasaran.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Salah Pikir Melihat Persoalan Invasi dan Agresi Rusia ke Ukraina

9 April 2022   09:12 Diperbarui: 9 April 2022   09:19 351
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hasil riset beberapa lembaga menunjukkan bahwa dalam serangan Rusia ke Ukraina, ada yang menyatakannya sebagai kolonialisme Rusia, mayoritas masyarakat Indonesia mendukung Rusia.Ini tentu data yang menarik.  

Mengapa warga sebuah negara yang mengaku berketuhanan, berkemanusiaan, bisa dengan enteng berpihak kepada negara dan kepala negara sebuah negeri yang menginisiasi perang, yang melakukan agresi?

Padahal akal sehat manusia tentunya harus menyalahkannya, karena jelas negara/kepala negara itulah yang melakukan crime against humanity (pelanggaran HAM) secara terang-terangan. Crystal clear!

Tampaknya, memang, ada salah pikir atau kesalahan berlogika (bahasa Inggris disebut fallacy) dalam melihat kasus invasi dan agresi Rusia ke Ukraina ini.

Berikut ini beberapa salah pikir tersebut:

"Fallacy False Dichotomy"
Kalau tidak dukung Rusia, berarti pro-NATO. Kalau pro-Rusia berarti anti-NATO.

Absurd.

Kita yang berpikir sehat pasti anti-agresi Rusia (bukan anti negara Rusia), tetapi belum tentu tidak pro-NATO dan Amerika Serikat.

"Slippery Slope Fallacy"
Contoh pertama: Rusia dibantu Tentara Muslim Chechnya yang dipimpin Ramzan Kadyrov. Lihat saja tentara mereka bahkan shalat di hutan di tengah persiapan agresi. Jadi mendukung Rusia adalah mendukung Islam.

Siapa pun dia seorang muslim atau mualaf, mau tentara, mau dosen, mau petugas pemadam kebakaran, mau nelayan, mau presiden, entah sedang di hutan, di laut, di perkampungan kumuh, di gunung, di istana, di tengah rapat eksekutif, begitu datang waktu shalat, ya, harus shalat di awal waktu.

Itu masalah komitmen pribadi kewajiban seorang muslim yang sudah bersyahadat.

Contoh kedua: Karena Presiden Zelenksyy itu berdarah Yahudi Ukraina dan dia bermesra-mesraan dengan NATO dan Amerika Serikat yang dikuasai lobi Yahudi, maka mereka yang membela Zelenskyy sama dengan membela Yahudi dan Zionisme.

Menentang dan mengecam invasi dan agresi aksi militer Presiden Putin bukan berarti mendukung Presiden Zelenskyy, tapi mendukung kemanusiaan bahwa masyarakat sipil harus dilindungi dan tak boleh menjadi korban dari syahwat politik, siapa pun pelaku invasi dan agresi.

Rasulullah satu ketika bersabda kepada para sahabatnya, "Kalian tolonglah mereka yang dizalimi dan menzalimi."

Lalu seorang sahabat bertanya, "Kami tahu cara menolong orang yang dizalimi, tapi bagaimana menolong yang menzalimi?"

Rasulullah langsung menjawab, "Dengan cara menghentikan perbuatan zalimnya."

Agresi Rusia sudah jelas zalim.

Bahkan Syekh Fadhul Rahman, ulama terkemuka Inggris pun berpendapat demikian. (*)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun