Mohon tunggu...
Abi Hasantoso
Abi Hasantoso Mohon Tunggu... Akuntan - Jurnalis

Lahir di Jakarta pada 26 Februari 1967. Berkecimpung di dunia jurnalistik sebagai wartawan Majalah HAI pada 1988 - 1994. Selama bekerja di majalah remaja itu ia sempat meliput konser musik New Kids On The Block di Selandia Baru dan Australia serta Toto dan Kriss Kross di Jepang. Juga menjadi wartawan Indonesia pertama yang meliput NBA All Star Game di Minnesota, AS. Menjadi copywriter di tiga perusahaan periklanan dan menerbitkan buku Namaku Joshua, biografi penyanyi cilik Joshua Suherman, pada 1999. Kini, sembari tetap menulis lepas dan coba jadi blogger juga, Abi bekerja di sebuah perusahaan komunikasi pemasaran.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Presiden Abdurrahman Wahid dan Surat 18.45

30 Desember 2009   15:49 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:42 1144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Lebih daripada itu, Gus Dur lah yang membuka pintu bagi perayaan imlek, sehingga tiap tahun sekarang kita akrab dengan atraksi barongsay. Gus Dur lah yang menjadikan Kong Hu Cu sebagai salah satu agama resmi di Indonesia, menyusul Islam, Katholik, Kristen Protestan, Hindu, dan Budha. Ia begitu dikagumi masyarakat Tiongha. Terlebih lagi saat Gus Dur menyatakan bahwa ia punya darah China dari salah satu buyutnya.

Gus Dur fasih berbagai bahasa. Termasuk bahasa Al Quran. Dan dia juga mempelajari Al Quran secara mendalam. Gus Dur mempunyai beberapa surah dalam Al Quran yang menjadi amalannya sehari-hari. Salah satu surah favoritnya adalah Al Kahfi.

Entah kebetulan entah tidak jam wafatnya Gus Dur adalah 18.45 WIB. Subhanallah, Al Kahfi itu surat ke-18 di dalam Al Quran. Surah yang berarti goa ini terdiri dari 110 ayat. Terjemahan Ayat 45 Al Kahfi berarti: “Dan berilah perumpamaan kepada mereka (manusia) bahwa kehidupan dunia adalah sebagai air hujan yang Kami turunkan dari langit, maka menjadi subur karenanya tumbuh-tumbuhan di muka bumi, kemudian tumbuh-tumbuhan itu menjadi kering yang diterbangkan oleh angin. Dan Allah maha berkuasa atas segala sesuatu.”

Gus Dur pergi meninggalkan kita untuk selama-lamanya ketika "air hujan yang turun dari langit" mulai reda. Ia bagai "tumbuhan yang mengering". Ia bakal "diterbangkan oleh angin". Karena kekuasaan-Nya, kini, Gus Dur menuju “goa” - rumah - Tuhan yang abadi. Yang damai di surga nun di sana....

Kita patut menangis dan berduka atas kepergian Gus Dur yang sempat bernama Presiden Abdurrahman Wahid.

Ia orang besar. Dengan gagasan-gagasan besar yang disampaikan dengan guyonan khas ”Gitu aja, kok, repot...!” untuk bangsa dan negara kita Indonesia.

Selamat jalan Presiden Abdurrahman Wahid....

Kami pasti selalu merindukan sosokmu yang selalu tampil sederhana bersahaja polos ceplas-ceplos dengan sepatu sandal di tengah Indonesia masa kini yang setiap hari makin hiruk pikuk dengan urusan pencitraan pribadi yang penuh sapuan kosmetik artifisial, korupsi yang semakin menggurita, dan bantah membantah fitnah.... (*)

AH
30 Desember 2009
20:30 WIB

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun