Mohon tunggu...
Abi Sofyan Ghifari
Abi Sofyan Ghifari Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Abi Sofyan Ghifari adalah seorang mahasiswa yang saat ini sedang berkuliah di Departemen Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia. Selain aktif dalam dunia perkuliahan, ia juga aktif dalam organisasi keilmiahan di kampusnya dan memiliki ketertarikan tidak hanya di bidang sains kimia, tetapi juga sosial-budaya, kesehatan, psikologi, sejarah, sastra, dan filosofi. Salah satu prestasinya, ia pernah meraih Medali Emas Olimpiade Nasional Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Perguruan Tinggi (ON MIPA PT) 2012 dan menjuarai lomba Olimpiade Sains Nasional Perguruan Tinggi Seluruh Indonesia (OSN-PTI) pada tahun 2010 dengan predikat Juara 1 Nasional di Bidang Kimia.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Penentuan Struktur Biomolekul Menangkan Nobel Kimia 2017

8 Oktober 2017   10:59 Diperbarui: 8 Oktober 2017   11:19 812
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hadiah Nobel Kimia tahun 2017 baru saja diberikan kepada Jacques  Dubochet, Joachim Frank, dan Richard Henderson atas kontribusi mereka dalam mengembangkan teknik mikroskopi elektron suhu rendah (kriogenik)  untuk menentukan struktur molekul biologis dalam larutan.

Penentuan struktur biomolekul seperti protein, DNA, dan RNA memang  menantang. Dengan ukuran hanya berkisar dalam skala nanometer, penentuan  struktur tersebut membutuhkan gelombang yang lebih pendek daripada  jarak antar atom pada molekul tersebut untuk menghasilkan struktur  resolusi tinggi. Artinya, atom-atom pada molekul dapat terlihat secara  individual.

Selama puluhan tahun, metode difraksi sinar-x menjadi teknik utama  dalam menentukan struktur biomolekul. Alasannya sederhana, panjang gelombang sinar-x berada pada rentang yang sama dengan jarak antar-atom  sehingga dapat menentukan struktur secara akurat. Hanya saja, keberadaan  molekul lain selain biomolekul yang ingin dipelajari, seperti molekul  pelarut misalnya, membuat sinar-x terhambur dan menghasilkan sinyal  pengganggu. Walhasil, metode ini membutuhkan sampel dalam kemurnian  tingkat tinggi tanpa pelarut, sehingga kristal menjadi sampel yang ideal  untuk teknik ini.

Berbeda dengan difraksi sinar-x (atau kristalografi sinar-x, karena  metode ini membutuhkan sampel dalam bentuk kristal), mikroskopi elektron  kriogenik tidak membutuhkan kristal dan hanya memerlukan sampel murni  dalam larutan. Bagi yang merasa asing dengan metode ini, pada dasarnya  teknik ini serupa dengan mikroskop cahaya. Hanya saja, sumber gelombang  elektromagnetik yang digunakan adalah elektron ketimbang cahaya tampak.

Salah satu kelebihan utama elektron adalah ia dapat dipercepat.  Percepatan elektron akan meningkatkan energi dan frekuensi gelombang  yang dihasilkan (sifat gelombang pada materi seperti elektron dapat  diamati pada pada massa dan kecepatan relatif tertentu). Frekuensi  gelombang yang meningkat akan mengurangi panjang gelombang. Hasilnya,  panjang gelombang elektron dapat diatur hingga lebih pendek daripada  jarak antar-atom pada suatu molekul. Berdasarkan prinsip inilah,  elektron dapat digunakan untuk menentukan struktur suatu makromolekul (molekul yang terdiri dari ribuan atom yang saling terikat).

Namun, penggunaan elektron berenergi tinggi menimbulkan masalah baru.  Apabila elektron bertumbukan dengan atom-atom pada sampel biomolekul,  ikatan kimia di antaranya dapat putus dan merusak struktur yang tentu  tidak diinginkan. Hal ini kemudian ini diatasi dengan menyiapkan sampel  dalam kondisi kriogenik, yaitu pada temperatur pada puluhan hingga  ratusan derajat Celsius di bawah nol.

Pada awal pengembangan metode ini terdapat masalah utama. Biomolekul  di antara larutan memiliki tingkat kontras yang kecil sehingga sulit untuk dideteksi di antara gangguan (noise) dari pelarut.  Akibatnya, struktur dengan resolusi tinggi sulit didapat dengan kondisi  ini. Masalah lain lebih kepada kendala perangkat, antara lain  sensitivitas sensor dalam menangkap sinyal hamburan elektron.

Inovasi yang dimotori oleh Dubochet, Frank, dan Henderson pada grup  riset mereka masing-masing telah membuka kemungkinan penggunaan metode  mikroskopi elektron kriogenik untuk karakterisasi biomolekul dengan  resolusi atomik.

Dubochet dan kolega berkontribusi mengembangkan teknik preparasi  sampel di dalam larutan berair dengan menggunakan etana cair pada suhu  hingga -190C. Melalui teknik ini, sampel berada pada kondisi yang mirip  dengan kondisi biologis, namun pada suhu kriogenik yang mampu  melindunginya dari radiasi elektron dan kondisi vakum pada mikroskop  elektron. Sementara itu, Frank dan grupnya berkontribusi untuk teknik  ini dari segi pendekatan geometris untuk menjawab pertanyaan bagaimana  membangun suatu struktur yang utuh dari ribuan hasil pencitraan elektron  dengan beragam orientasi. Sedangkan Henderson dan timnya berhasil  mendemonstrasikan bahwa teknik ini dapat digunakan untuk menentukan  struktur biomolekul dengan ukuran relatif kecil dan resolusi tinggi.

Kontribusi mereka berhasil membawa mikroskopi elektron ke tingkatan  yang sama sekali baru. Jika sebelumnya mikroskop elektron hanya digunakan untuk menentukan struktur non-biologis seperti kristal  mineral, kini teknik yang serupa dapat digunakan untuk molekul biologis yang "hidup". Hingga saat ini, mikroskopi elektron kriogenik telah  digunakan untuk menentukan berbagai struktur biologis mulai dari virus utuh hingga hemoglobin.

Penentuan struktur biomolekul membawa banyak kemungkinan untuk  aplikasi di berbagai area. Bukan tidak mungkin, teknik ini menjadi metode utama dalam menentukan struktur molekul biologis dan memberi  pengetahuan baru akan fungsi dan interaksi molekul-molekul pada makhluk  hidup.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun