Mohon tunggu...
Inovasi

Media dalam Proses Pilkada 2017

10 Februari 2017   23:48 Diperbarui: 11 Februari 2017   00:34 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagai mahasiswa ilmu komunikasi saya merasa heran melihat media yang begitu asik meliput dari proses pencalonan hingga kampanye Pasangan Calon Gubernur DKI Jakarta saja. Padahal pada tanggal 15 Februari nanti seluruh daerah di Indonesia akan melaksanakan pilkada bukan hanya daerah Jakarta.  Bagaimana cara seluruh rakyat Indonesia mengetahui orang – orang yang akan mereka pilih nanti tanggal 15 kalau hanya figur Anies, Agus, dan Ahok beserta wakilnya yang meramaikan media. Padahal ini penting, penting bagi rakyat untuk mengetahui siapa yang akan mereka pilih untuk memimpin daerah tempat mereka tinggal.

Hal ini di karenakan seorang Gubernur merupakan pemimpin yang paling dekat dengan rakyatnya. Mereka adalah sosok pemimpin yang memiliki pengaruh langsung kepada kehidupan mereka sehari- hari. Mereka yang akan menentukan bagaimana progres kualitas pendidikan, kesehatan, tata kota, dan kesejahteraan rakyat apakah akan lebih baik atau tidak. Karena pemerintah pusat sudah tidak lagi mengurusi jalan rusak di suatau daerah, namun Gubernurlah yang memiliki kewajiban untuk membenahi masalah tersebut. Jika Gubernurnya kutang peduli maka jalanan akan rusak dan akan mengganggu kegiatan sehari –hari rakyat kedepannya.

Media mainstream saat ini sudah kurang informatif bagi rakyat Indonesia. Karena media sibuk memberitakan apa yang terjadi di Jakarta dan hanya Jakarta.  Terlebih pada saat menjelang Pilkada. Pilkada DKI begitu menjadi  sorotan media mainstream. Hal ini berdampak buruk bagi warga daerah lain, karena bagaiaman pun juga media mainstream adalah sarana utama masyarakat untuk mendapatkan informasi. Mulai dari anak kecil hingga orang tuamengandalkan televisi , radio ,dan koran sebagai sumber informasi mereka , hal ini disebabkan oleh akses yang mudah. Memangg sudah banyak website yang memuat track record dari pasangan calon gubernur di daerah-daerah namun hal tersebut masih asing bagi rakyatnya, apalagi yang sudah berusia lanjut dan bagi rakyat yang  hidup di daerah pedalaman. Karena rakyat Indonesia belum seluruhnya mengenal internet.  

Oleh sebab itu ada baiknya media mainstream menyeimbangkan porsi berita agar terjadi keseimbangan informasi, agar seluruh rakyat dapat memilih dengan sungguh-sungguh pada tanggal 15 Februari nanti, tidak hanya asal pilih. Karena sekarang pun banyak Gubernur yang hanya memikirkan diri dan partainya sendiri. Pembangunan daerahnya terbengkalai karena prioritasnya adalah memeperkaya diri, partai yang mengusungnya , dan juga para kolega. Sehingga rakyat daerah tersebut menjadi terbelakang dan menderita. Karena pembangunan tidakk berjalan karena anggaran daerah habis digunakan untuk kepentingan pribadi Gubernurnya.

Media mainstream juga berfungsi untuk membentuk opini dari masyarakat ada teori dalam ilmu komunikasi yang bernama Media Framming, hal ini berisikan bagaimana media dapat membentuk opini publikk dan mempengaruhi masyarakat tentang apa yang mereka anggap penting.  Hal ini memang benar terjadi, dapat dilihat dari banyaknya masa yang berkumpul pada saat akasi super damai bela Islam jilid 1 dan 2. Banyaknya masa yang terkumpul bahakn bukan hanya dari warga DKI Jakarta melainkan dari daerah – daerah yang bahkan dari laur Jawa. 

Mungkin hal ini bisa di sebabkan dari ajakan ormas-ormas namun menurut saya media memiliki peran yang besar dalam proses pengumpulan massa. Jika masalah Ahok tidak disiarkan begitu sering di media mainstream seperti televisi, radio , dan internet mungkin masa dari luar Jawa tidak akan sebanyak itu yang datang. Namun dengan adanya pemberitaan yang sedemikian rupa akhirnya menimbulkan kemarahan dan aksi bela Islam menjadi wadah yang tepat bagi tiap warga Muslim menyuarakan suaranya, dan mereka adalah orang-orang yang menyaksikan pemberitaan lewat media mainstream. Sehingga dapat kita lihat kalau media memiliki kekuasaan yang sangat besar dalam proses pembentukan framming yang ada dipikiran masyarakat.

Dalam proses Pilkada 2017 media memiliki power yang sangat besar sehingga hendaknya dapat di gunakan untuk  hal-hal yang lebih bermanfaat bagi masyarakat. Karena ketika media banyak memberitakan drama-drama yang menyertai proses pilkada, itu yang akan menjadi penting bagi masyarakat. Seakan-akan pilakada ini banyak menimbulkan masalah, terlebih masalah RAS. Sehingga masyarakat melupakan yang penting, bahwa mereka harus memilih Gubernur yang memiliki track record yang bersih dan mau memajukan daerahnya dan membuang banyak tenaga untuk mengurusi hal-hal yang di luar tujuan diselenggarakannya Pilkada 2017. Kita seakan lupa bahwa Pilkada untuk memilih pemimpin yang kelak memajukan kesejahteraan kita dan sibuk mecela seorang a atau b karena kesalahan – kesalahan yang dia lakukan.

Maka saya mengajak para pembaca untuk menjadi pemilih yang cerdas denganmengesampingkan segala masalah yang mengiringi proses pilkada dan menjadi kritis tentang paslon di daerah kita masing-masing.  Karena merekalah yang nanti akan menentukan nasib kita bukan paslon dari daerah lain yang banyak di beritakan oleh media.  Dan Bagi media agar menjadi media yang mengedukasi para pembaca, penonton dan netizennya bukan hanya menjadi sarana penyalur informasi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun