Mohon tunggu...
Jenaya Ruth Abigail
Jenaya Ruth Abigail Mohon Tunggu... Lainnya - Enjoying life means more than happy

Penuang rasa dalam harmoni kata

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Tenang

25 Juli 2020   02:40 Diperbarui: 25 Juli 2020   02:40 273
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tidak ada yang abadi
Bahkan di saat ini
Dunia memelukmu
Lalu menancapkan belati
Tepat di punggungmu
Ketika kau terlena
Akan binar-binarnya semata

Rasa lelah tak tertahankan
Menelanmu perlahan
Muncullah dusta besar
Baik-baik saja katamu
Si pengusir akal
Dan penipu batin

Tangisannya panjang
Bagai sungai tak berujung
Mengeluarkan sesak
Meraung serak
Tanpa menyadari
Luka itu melebar
Seiring detak jarum jam
Menunggu saatnya
Kejutan pahit itu datang

Rasanya gila
Kesendirian menyelimuti
Lalu berkacalah manusia
Pada kaca tembus pandang
Merasa polos dan benar
Di saat ribuan kesalahan
Menempel di tubuhnya
Diselimuti cemas

Sang Penguasa tidak terlelap
Dia lebih dari pabrik mimpi
Diingat ketika ditusuk duri
Memohon kebahagiaan dari-Nya
Doa penuh isakan
Padahal dia perencana
Dari warna rambutmu
Kamu akan menjadi siapa
Terus berlanjut

Redam raungan itu
Biarkan sunyi meraja
Detak jantung terdengar
Harapan t'lah terhapus
Sang penguasa s'lalu ada
Tak buta akan lukamu
Tak tuli akan doamu
Tenanglah

Jakarta, 25 Juli 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun