Diinspirasi dari Diskusi Intelektual Muda Fisipol UGM, 29 April 2011
Jika anda tergolong cerdas dan berasal dari keluarga yang berkecukupan, maka selamat, berbagai kemudahan ada di tangan anda. Sedangkan jika anda tidak memiliki kecerdasan yang baik dan berasal dari keluarga yang berkecukupan, anda masih memiliki kesempatan untuk memperbaiki hidup anda, setidaknya anda bisa mengakses lembaga pendidikan yang membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Dan jika anda tergolong cerdas namun berasal dari keluarga tidak mampu, begitu banyak beasiswa dan akses yang bisa didapat jika anda berusaha sedikit lebih keras. Namun, menjadi masalah jika anda tidak memiliki otak yang cukup untuk dikatakan tidak bodoh dan anda berasal dari keluarga yang tidak mampu, karena sepengetahuan saya hingga sekarang hampir tidak ada atau kecil sekali akses untuk mencapai kehidupan yang lebih baik.
Coba bayangkan apa yang mungkin akan terjadi jika tidak ada atau sedikitnya akses bagi mereka yang 'kurang cerdas dan kurang mampu' untuk memperoleh pendidikan dan kehidupan yang layak. Kemungkinannya adalah terjadinya rantai kebodohan yang sulit untuk terputus karena akan terus begitu, sang ayah yang tidak cerdas dan tidak mampu tidak bisa memperoleh akses yang cukup untuk memberikan anak-anaknya akses pendidikan sehingga nantinya akan terus berlanjut.
Bukan masalah jika setiap generasi hanya satu orang yang mengalami rantai kebodohan ini, jikalau sang ayah memiliki dua orang anak, dan setiap anak itu nantinya akan memiliki dua orang anak lagi dengan kondisi yang sama seperti ini. Yang terjadi adalah kebodohan dan kemiskinan yang berlipat-lipat dan nyaris tak terbendung.
- - - - - - - - - - - - - -
Mendidik satu orang anak terlantar dapat memutus satu rantai kemiskinan dan kebodohan. Mendidik bukan hanya mengajar, belajar tidak hanya sekolah. Senyuman tulus dan semangat dari orang yang peduli dapat berarti besar bagi perubahan.
Penulis adalah penggiat Intelektual Muda FISIPOL Universitas Gadjah Mada dan Relawan Organisasi Sosial Kau dan AKu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H