Ketika beruang itu melanjutkan serangannya dengan kekuatan mengerikan, Raka harus bergerak cepat dan memanfaatkan setiap celah dalam serangan beruang tersebut. Pertarungan berlangsung sengit, dengan beruang itu menumbangkan pohon-pohon kecil di sekelilingnya saat mencoba mengejar Raka. Dengan setiap serangan yang Raka lancarkan, beruang itu semakin marah dan frustrasi. Akhirnya, dengan satu gerakan tajam dan penuh kekuatan, Raka berhasil melumpuhkan beruang itu dan menghentikan ancamannya.
Setelah bertarung dengan beruang, Raka melanjutkan perjalanan melalui hutan yang semakin sulit ditembus. Hutan semakin rapat, dan udara menjadi semakin lembab dan berat. Ia melewati kawasan yang dipenuhi dengan semak belukar dan akar pohon yang melintang. Dalam perjalanan ini, Raka menghadapi jebakan-jebakan alami seperti lembah yang licin dan tanah yang terjal. Ia harus menggunakan keahliannya dalam memanjat dan melompat untuk menghindari jebakan tersebut. Setiap langkah harus dilakukan dengan hati-hati, karena kesalahan sekecil apa pun bisa berakibat fatal.
Suatu malam, Raka tiba di sebuah lembah yang dalam dan gelap. Ketika ia mulai menuruni lembah, tiba-tiba terdengar suara dari dalam tanah. Tanpa peringatan, tanah di bawah kakinya mulai bergerak, dan sekelompok ular besar muncul dari dalam tanah. Ular-ular itu melilit dengan cepat dan berusaha mengikatkan diri di tubuh Raka. Dengan cepat, Raka menggunakan pedangnya untuk memotong dan menyingkirkan ular-ular tersebut satu per satu. Selama pertempuran yang menegangkan ini, Raka harus menjaga keseimbangannya agar tidak terjatuh ke lembah yang dalam.
Setelah berhasil mengatasi ular-ular tersebut, Raka melanjutkan perjalanannya dan tiba di tepi sebuah danau kecil yang dikelilingi oleh tebing-tebing curam. Danau ini memiliki permukaan yang tenang, tetapi Raka merasa ada sesuatu yang mengintai di bawah permukaan. Saat Raka memutuskan untuk menyegarkan diri dan mengisi persediaan air, permukaan danau tiba-tiba bergolak. Dari dalam danau, muncul makhluk besar dengan sirip tajam dan mulut yang menganga lebar. Makhluk itu menyerang dengan kekuatan besar, mencoba menyeret Raka ke dalam air. Dengan keterampilan bertarung dan keberanian, Raka bertarung melawan makhluk itu, berusaha keras untuk tetap di permukaan dan mengalahkannya.
Dengan pertarungan melawan makhluk air yang sangat menegangkan, Raka akhirnya berhasil mengalahkannya dan melanjutkan perjalanannya ke tepi Sungai Barito. Kondisi fisiknya sudah sangat kelelahan, tetapi semangatnya tidak pudar. Saat Raka tiba di tepi sungai, dia merasakan kehadiran sesuatu yang kuat di bawah permukaan air, dan dia tahu bahwa pertarungan terbesarnya baru saja akan dimulai.
Raka tiba di tepi sungai dan merasa kehadiran sesuatu yang besar dan kuat di bawah permukaan air. Dia memanggil Wulanga dengan penuh harapan, "Wulanga, jika kau mendengarku, aku memohon agar kau membantu kami."
Air sungai mulai bergetar, dan Wulanga muncul dengan anggun dari dalam air. Tubuh naga itu berkilauan di bawah sinar matahari, dengan mata tajam menatap Raka. "Apa yang membawamu ke sini, pemuda?" tanya Wulanga dengan suara dalam yang menggema.
Raka menjelaskan, "Desa kami menghadapi ancaman besar dari Kelompok Cakar Besi. Mereka merusak hutan dan mencemari sungai. Kami memerlukan bantuanmu untuk melindungi rumah kami."
Wulanga memandang Raka dengan penuh kebijaksanaan. "Kelompok Cakar Besi? Aku sudah merasakan kehadiran mereka. Mereka berusaha merusak keseimbangan alam. Aku akan membantumu, tetapi kau harus berjanji untuk menjaga alam ini setelah pertempuran berakhir."
Raka mengangguk dengan penuh keyakinan. "Aku berjanji. Kami akan menjaga keseimbangan dan tidak akan melupakan pelajaran ini."
Wulanga menyelam kembali ke kedalaman sungai, dan Raka memulai perjalanan pulang ke desa. Perjalanan kembali terasa lebih menegangkan, dengan hutan yang gelap dan penuh bahaya. Setiap langkah terasa semakin berat, dan Raka harus tetap waspada terhadap potensi ancaman.