Mohon tunggu...
Abidin Khusaeni
Abidin Khusaeni Mohon Tunggu... -

I am Good man

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Menjaga Budaya Kepustakaan

17 Juli 2017   13:54 Diperbarui: 18 Juli 2017   04:42 1059
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kini setiap instansi pemerintah sudah barang tentu wajib memiliki Perpustakaan seperti yang dicantumkan dalam Undang-undang No.43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan. Embrio awal telah tercetus, pemerintah menyadari akan pentingnya Perpustakaan sebagai pusat informasi di setiap lembaga. Namun jangan sampai embrio awal dari semangat literasi ini kehilangan ruh dan mati karena Perpustakaan sendiri tidak mau berubah dan masih senang dengan rutinitas admintrasi yang monoton di Perpustakaan.

Adanya pengembangan aplikasi oleh para akademisi Perpustakaan harus kita apresiasi, dengan cara menerapkan aplikasi tersebut di setiap Perpustakaan yang dikelola baik instansi pemerintah maupun instansi pendidikan. Terlebih di instansi pendidikan seperti sekolah akan sangat mendukung kiranya  jika Perpustakaan menerapkan aplikasi berbasis web online seperti SLIMs di atas. Sudah seharusnya Perpustakaan menghilangkan citra Perpustakaan yang dianggap sebagai gudang buku. Perpustakaan harus berbenah diri untuk menghadapi tantangan zaman yang setiak hari, menit dan detik berubah.

Kedepannya dan sekarang sudah mulai masuk adalah era dimana setiap orang memiliki telepon pintar (smartphone).Perpustakaan telah melalui era keemasan seperti darul hikmah, kemudian masuk ke era otomasi computer, kemudian masuk ke ranah online yang serba digital, Perpustakaan dalam hal ini sudah mengantisipasinya dalam lingkup perkembangan zaman. Sekarang era smartphonedimana setiap manusia bahkan yang masih balitapun disajikan dengan conten digital di dalam smartphone. Manusia dewasa ini tidak lagi menghibur diri dengan main petak umpet, main kelereng, atau permainan tradisonal lain.

Bahkan nonton TV pun sudah tidak digandrungi lagi, TV hanya media desiminasi yang digandrungi awal tahun 90'an. Era smartphone berbeda dari yang lain, era ini menawarkan kecepatan informasi diamana saja tidak hanya terpaku pada tempat dan media seperti computer yang mengahruskan kita duduk terpaku memandang. Para penikmat smartphone lebih mobile tidak terpaut pada tempat. Sering kita lihat manusia saat ini bisa menikmati smartphone mereka sambil tiduran, berenang, dsb inilah tadi yang disebut generasi mobile. Dari anak balita sampai yang tua tidak lepas tangan dan pandangan mereka dr smartphone untuk mengakses berbagai situs di internet maupun bermain game.

Dengan ini Perpustakaan menghadapi tantangan baru dinamika transfer informasi global. Perpustaakaan terlebih akademisi Perpustakaan harus lebih inovatif dalam menemukan ide baru untuk dikembangkan agar sumber-sumber yang ada di Perpustakaan dapat sampai ke smartphone mereka. Untuk itu, sumber yang dimiliki Perpustakaan harus yang unik dan menarik, memberikan sajian yang menarik dan dapat diakses secara mudah melalui smartphone. 

Perpustakaan dapat belajar dari Mark Zuckerberg, pendiri Facebook. Bagaimana facebook menggalang ratusan juta manusia untuk membuat akun dan mengaksesnya. Dengan cara salah satunya adalah membuat aplikasi yang berbasis smartphone. Pun begitu seharusnya Perpustakaan, sajikan Perpustakaan dalam smartphone mereka. Memang tidak mudah namun bisa diwujudkan jika para akademisi Perpustakaan selalu bersinergi dengan zaman. Pokok kuncinya adalah jangan sampai Perpustakaan menjadi unit informasi yang ketinggalan zaman lalu mati.

Darul hikmah pernah jaya dan menjadi pusat ilmu pengetahuan dunia pada masa abbasiyah, kesitulah para ilmuan dunia berkiblat. Dari situlah tumbuh berbagai kajian (studi), penelitian, yang kemudian melahirkan pakar ilmu pengetahuan dari berbagai bidang. Belajar dari darul hikmah yang mengumpulkan jutaan buku pengetahuan dari berbagai bahasa lalu diterjemahkan agar dapat diakses dan dimengerti oleh penggunanya.  Begitupun dengan Perpustakaan sekarang ini harus pandai membuat inovasi agar sumber informasi yang ada di Perpustakaan dapat sampai kepada pengguna. Maka dari itu Perpustakaan saat ini mempunyai beban berat untuk menghidupakan kembali budaya literasi. Dari ruh darul hikmah, Perpustakaan belajar bagaimana menjadi Perpustakaan yang well-educated dan well-informeduntuk diterapkan di ranah global saat ini. []

-Abidin Khusaeni

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun