Mohon tunggu...
Ilalangg.id
Ilalangg.id Mohon Tunggu... Jurnalis - Berita Warga Sipil

Celotehan Warga Sipil | TikTok Ilalangg.id | Instagram Ilalangg.id | Hello Ilalanggid | YouTube Putra Ilalangg dan Ilalangg ID

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Marsinah

26 Desember 2018   01:57 Diperbarui: 26 Desember 2018   02:05 203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tragedi duka datang kian berganti, seolah waktu memberikannya untuk memberi saksi

Perjuangan tak lekang dimakan mentari, sejak pagi hingga senja sore hari

Marsinah, begitu iya di beri nama, sajak sajaknya napak tilas pemberani

Menerobos barikade para tirani , tak gentar membentengi diri

Kala itu, tahun 1993 , terdengar kabar duka dari hutan dusun jegong

Hujan air mata tumpah, melihat terkaparnya sosok pejuang, iya marsinah

Matinya mengerikan, tak bisa diucapkan lagi dengan kata kata

Tubuhnya tersayat sayat, kemaluannya bekas peluru karat

Kabar itu kabar duka , mentari yang selama ini memberikan cahaya

Telah redup dimakan rimba,tangisan dan duka kini bertahta

Seantero negeri bertanya, siapa pembunuhnya iya ?

Marsinah telah tiada

iya sosok mentari diantara gelap dan pengapnya ruang ruang pabrik

Diantara gulitanya nalar para pencari makan

Iya cahaya tuhan untuk terus memberikan jalan menuju setitik harapan

Nisanmu telah terpatri diantara jutaan manusia yang rindu akan kemenangan

Rindu akan kesejeahteraan dan rindu akan sosok tangguh tak kenal ketakutan

Negeri ini bangga pernah memilikimu,

sosok tulus pemberani melawan sang tuan punya modal

Melawan tirani sang tuan punya tangan besi,

 melawan dogma ketakutan untuk berjuang menentang penindasan

Tidurlah dengan tenang , kau yang kami sebut pahlawan,

jasa dan semangatmu akan tetap terpahat diantara manusia yang rindu kemenangan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun