Malam semakin larut menghampiri, udara semakin dingin menyergap di depan pelataranÂ
Kopi yang sedari tadi , sudah tak lagi menghangatkan
Kacang dan rokok yang tersedia pun sudah mulai habis tinggal sisa sampah kulit dan abu Â
Bintang terlihat gemerlap di kejauhan, pertanda damai sudah semakin menjauh dari pikiranÂ
***
Ampas kopi tinggal cerita kali ini, Rokok yang ku hisap tinggal iya teman setia
Tak jua kunjung aku rebah, menatap langit, ada wajah yang tak bisa ku terjemahkan
Hanya ingatan masalalu iya nenertawakan, sial ! iya membawaku ingat , sosok seorang manusia yang ku beri nama sahabat.
Sedari dulu !
Tiap malam , kuhabiskan malam panjang  bersamanya hanya untuk menikmati kopi dan bersenda gurauÂ
cerita cinta, cerita hidup , cerita masa depan, kini tinggal kenangan itu yang hadir menempel di bait ingatan
***
Suara anjing di kejauhan semakin terdengar melengking
Seolah membiaskan kabar, itu masalalu
Biar luka dibalut takdir, Biar cerita dibalas romantika , biar rindu dibalas suka duka kisahnya
***
Ikrar kita, memecah batu menjadikannya abu, memutus lara menjadikannya bahagia, menghunus sepi menjadikannya mentari
Ikrar kita, Kopi tak boleh sampai menjadi ampas bisu , rokok harus terus menjadi abu rindu, dan kita musti menjadi pijakan dialektika !Â