Relevan ketika ada beberapa kasus yang terjadi di Indonesia saat keluarga terlibat dalam proses perekrutan. Kelompok-kelompok yang berusaha untuk memastikan kelangsungan hidup masa depan, dapat melihat penggunaan anak-anak sebagai "investasi untuk generasi mendatang".
Keenam, keuntungan teknis, anak-anak khususnya perempuan, semakin sering digunakan sebagai mata-mata, untuk menyampaikan pesan, membawa material bom dan melakukan bunuh diri. Seperti yang terjadi pada kasus di Surabaya atau secara fiksi di gambarkan dalam film sayap-sayap patah pelaku peledakan menggunakan anaknya sebagai "pengantin" untuk mengantar bom.Â
Alasan pragmatis anak-anak memiliki lebih sedikit resiko yang mereka hadapi dan karena itu menunjukkan lebih sedikit kecemasan. Mereka juga lebih cenderung melakukan apa yang diperintahkan, meminimalisir kecurigaan, yang dapat menjadi aset penting, misalnya dalam mendekati target.Â
Kenali ke-6 perekrutan dan penggunaan anak-anak oleh teroris dan kelompok ekstrem kekerasan ini merupakan bentuk serius dari kekerasan terhadap anak. Bukan saja mengganggu terhadap perkembangan anak secara pribadi, intelektual dan sosial. Masa depan anak menyandang predikat dalam kegiatan kriminal.Â
Oleh karena itu, konsekuensi kekerasan tidak hanya mencakup kerugian yang cukup besar bagi anak secara individu, tetapi juga butuh biaya yang tinggi untuk bangsa secara keseluruhan dalam penanganannya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI