Mohon tunggu...
Abidin Ghozali
Abidin Ghozali Mohon Tunggu... Administrasi - Direktur Ilmu Filsafat Islam Jamblang

Pembelajar Seumur Hidup Merindukan Indramayu Maju, Mulia dan Beradab.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Semut Merah

30 Januari 2015   00:59 Diperbarui: 17 Juni 2015   12:08 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada Sepasang semut merah kecil berlari menuju puncak, mengembara dan sepanjang pengembaraan menuju tempat favorit  tidak ada yang tau apa yang mereka cari mungkin Roma atau Mahfud tau; entahlah...

Semut adalah guru saya, kemudian lilat melalui cermin muram. Tatap dalam-dalam wajah dipoles lipstik merah, cermin menunjukan kepada kita bahwa sebenarnya kita ini siapa?

Saya menjadi sangat basah dengan lipstik merah, seperti air pada saat diriku sendiri. Saya adalah tujuh belas. Sekarang saya dua puluh empat. Hal-hal berubah; tidak ada yang salah dengan itu. Apa sebenar-benar hidup selalu berubah.

Apakah kedua semut merah itu Gay pecinta yang suka  mendengar puisi Rumi sebagai gay. Saya tidak setuju. Meskipun aku jelas bersalah sebelumnya tak membaca puisi Rumi secara tuntas, puisi dengan buah erotis.

Saya tidak melakukan apa yang dilakukan oleh sepasang semut merah. Membaca dan memahami Rumi adalah cara lebih bahagia dari pada seks dan orgasme, pengembaraannya lebih sadar dan tidak berbayar. Lihat "Imra'u ' l-Qais, sehingga" pada bagian berikutnya Roma dan Mahfud mengembara di negara penuh dengan puncak-puncak kenikmatan.

Seperti senandungnya, dalam pengenbaraan singga Rumi hampir membakar buku-bukunya.

“Why should I seek more?  I am the same as he. His essence speaks through me. I have been looking for myself. “

Setelah jiwa kedua semut merah bergabungan, ia menemukan teman hidup serasi dan mampu membuka rahasia-rahasia kerja, sehingga membuat iri semut lain semut hitam bernama saldom. Saldom adalah semut hitam tua Laki-laki sehingga senandung kedua semut merah (puisi menjadi lebih tenang dan tender), dan setelah Saldom menemui kematian,  Chelebi semut berbulu halus, Chelebi menjadi teman hatinya. Mereka menghasilkan manisan-manisan abadi. Pada akhirnya semut merah meninggal sebagai sang guru meninggal, langit pun bersedih berubah warna merah tua saat matahari terbenamnya 17 Desember 1273. Ada getaran kecil, seperti perut grumblings. "Kesabaran, old earth!" semut merah memanggil. Berpesan, "Anda akan memiliki bagian dari diri sendiri manis segera!"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun