Mohon tunggu...
Muhammad Abid Al Akbar
Muhammad Abid Al Akbar Mohon Tunggu... Lainnya - Santri SKSG Universitas Indonesia

Dan janganlah kalian mati kecuali dalam keadaan menjadi penulis.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Menjawab Realitas Kepelikan Guru Honorer di Indonesia

25 Agustus 2021   14:10 Diperbarui: 25 Agustus 2021   14:11 800
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mulai dari kepala sekolah, guru PNS, guru honorer, atau tukang kebun sekolah. Aktor-aktor ini adalah roda bagi berlangsungya kemajuan pendidikan. Jika salah satu aktor tersebut justru ‘tersiksa’ dengan keterlibatannya dalam pendidikan, maka bangsa ini  perlu dibenahi secara ‘radikal’ dalam memenuhi kesejahteraan aktor-aktor pendidikan.

Kesejahteraan akan menghantarkan kepada keluwesan guru honorer dalam mengajar. Tak dapat dipungkiri, guru honorer pun juga mansuia. Mereka perlu untuk memenuhi pangan, papan bahkan hiburan. Kebutuhan-kebutuhan manusiawi harus terpenuhi pada guru honorer agar dapat membawa arah pendidikan lebih baik. 

Maka perlu untuk belajar membangun pendidikan dari negara dengan pendidikan nomor satu di dunia, yaitu Finlandia. Asas yang mereka bangun adalah kesejahteraan gurunya. Meskipun guru disana tidak digaji terlalu tinggi, akan tetapi kebutuhan hidup guru sudah terpenuhi. Sehingga para guru disana hanya fokus terhadap apa yang harus ia lakukan untuk muridnya, dan tidak ada kebingungan ingin makan apa esok hari.

Refleksi atas relita kesejahteraan guru honorer sudah seharusnya menjadi perhatian penting bagi pemerintah di Indonesia untuk memajukan pendidikan. Jangan sampai masyarakat Indonesia mendengar kabar bahwa ada guru honorer yang digaji Rp. 200.000/bulan atau bahkan tidak digaji. 

Dilema antara gaji rendah menjadikan ‘pengabdian tanpa kepastian’. Di sisi lain mereka mencintai pekerjaannya, akan tetapi pada waktu yang sama mereka justru menjadi ‘kurus’ atas apa yang dicintainya. Sehingga kontradiksi inilah yang perlu dijawab oleh pemerintah, setidaknya peran guru honorer tidak dipandang sebelah mata dan diberikan kelayakan untuk memenuhi hajat kehidupannya dan keluarganya.

Maka sudah sewajarnya sebagai bagian dari bangsa Indonesia untuk menyurakan fenomena pelik ini agar terdengar dan mampu mengetuk hati para pemangku jabatan di sektor pendidikan. Percayalah bahwa bisikan-bisikan kecil masyarakat akan menjadi ‘auman’ keras untuk kemerdekaan para guru honorer, yang mana pada akhirnya dapat memakmurkan bangsa ini melalui asas fundamennya, yaitu pendidikan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun