Shalat jum’at hari ini, terasa hambar. Bagaimana tidak, shalat yang dilakukan setiap muslim seminggu sekali ini berjalan “tak sempurna”. Walaupun memang tidak sampai pada keadaan menghalangi keabsahan ibadah.
“Insiden” ini terjadi diawali dengan keterlambatan khotib yang sekaligus merangkap imam shalat tiba di masjid. Ketika ruangan utama masjid yang digunakan untuk shalat hamper penuh terisi jamaah. Dan mu’adzin serta ta’mir sudah gelisah tengok kanan kiri serta menoleh ke belakang untuk mencari keberadaan sang khotib, namun yang ditunggu tak kunjung datang.
Kegaduhanpun semakin terasa tatkala dengan spontan jamaah meminta beberapa orang untuk menggantikan peran si khotib telat tadi. Beberapa orang yang kita tahu mempunyai kualitas untuk memberi khotbah dan memimpin shalat ini pun diminta untuk maju dan menyampaikan khotbah. Sebagai tanda bahwa rangkaian shalat jum’at akan segera di mulai. Namun, dengan halus mereka menolak dengan saran tetap menunggu si khotib tersebut.
Setelah ditunggu hampir 10 menit, akhirnya si khotib datang juga. Namun kekecewaan segera menghampiri perasaan kami. Ternyata “prejengan” si khotib sangat tidak meyakinkan. Ini bisa dilihat paling nyata dari pakaian yang dikenakannya yang justru terkesan “lebih necis” para jamaahnya. Namun kami tetap khusnudzan, bahwa dia telah dipilih dan pasti layak untuk menyandang amanah sebagai khotib plus imam shalat.
Tapi khusnudzan kami tak bertahan lama, setelah beberapa kalimat pembuka khutbah, sang khotib pun mulai grogi. Beberapa kata pun diucapkan dengan “kamisosolen” yang sangat kentara. Bahkan sang khotib harus bersiasat membaca khutbah dengan volume suara pelan. Namun rupanya tak berhasil juga, sang khotib semakin tak percaya diri.
Sampai-sampai dia harus mengambil jeda waktu 10 detik untuk berhenti sebentar dan mengatur nafas serta menenangkan diri untuk memulihkan kepercayaannya. Ini terjadi tidak hanya sekali, namun setidaknya tiga kali terjadi. Para jamaah pun memandang dengan tajam dan semakin antusias untuk menanti apa yang akan terjadi.
Ketidakpercayaan diri sang khotib tak hanya sampai disitu rupanya. Ketika khutbah telah selesai dan harus mulai memimpin shalat jum’at, bacaan ayat Qur’an setelah fatihah pada rokaat pertama pun keliru. Surat ad-dhuha yang ia baca pada ayat ke-tujuh terlewat begitu saja, terlupa tak dibaca.
٧. وَوَجَدَكَ ضَالّاً فَهَدَى
Artinya : “Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang bingung , lalu Dia memberikan petunjuk”
Kami para jama’ah pun segera mengingatkan. Namun rupanya sang imam terlanjur bingun, hingga kami harus mengingatkan dengan membaca ayat tersebut sampai tiga kali hingga sang imam yang tak lain juga sang khotib tadi menyadari kealpaannya dan kemudian memperbaiki bacaan shalatnya.
Akhirnya, selesailah shalat jum’at kami dengan tidak ada lagi insiden di dalamnya. Namun setelah kami menyadari apa makna ayat yang terlupa oleh imam tadi, kami pun beristighfar dan bertasbih kepada –Nya.
Astaghfirullahaladzim…Subhanallah…
Catatan
Prejengan : tampang
Kamisosolen : keseleo lidah
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H