Sore hari, sepulang sekolah Hengki Artur Sumarna bersama Febrian Asep Suryana nongkrong asik di warung kopi. Tempat biasa mereka melepas penat, dari banyaknya tugas sekolah. Setelah sekian lama menjomblo, Hengki akhirnya memutuskan untuk mencoba tebar pesona supaya bisa mendapatkan seorang pacar. Terlebih, karena pergaulan dan desakan dari kawan-kawannya. Walaupun periang dan senang bercanda, selama ini tidak ada wanita yang mendekat. Entah karena apa. Atau mungkin memang Hengkinya sendiri, yang tidak menunjukkan gelagat ketertarikan untuk pacaran.
Sore itu berbeda, tetiba Hengki merasa ada panggilan jiwa untuk mencari pacar. Sambil minum kopi, "srupuuuuut..... Ahhhhh". Hengki membuka obrolan dengan Asep, panggilan akrab Febrian. "Sep, kayanya seru nih kalau saya nyari pacar. Biar ada yang merhatiin gitu" kata Hengki. Asep pun menjawab dengan candaan "Hahaha, emangnya elu suka cewek Heng? Bukannya bengkok lu ya?".
Pertemanan mereka memang sudah lama. Ibarat kata, mereka itu teman kentel lah. Jadi sepedas apapun candaan Asep, Hengki tidak pernah memasukkannya dalam hati. "Ya elah Sep, bukannya elu yang bengkok?!" kata Hengki. "Gini lho sep, bukannya apa-apa. Iseng aja ini mah. Gimana sih rasanya punya cewek. Sapa tau, bisa nambah semangat gitu" Hengki lanjut menegaskan. Asep, yang lebih berpengalaman dalam khasanah percintaan, tanpa ragu merespon keinginan Hengki. Sambil mendekat, dengan suara agak sedikit pelan, Asep berbisik "Gampang atuh Heng, kalo mau gua punya strategi jitu supaya ada cewek yang jatuh hati".
Singkat cerita, mereka berdua sudah menyepakati menggunakan salah satu strategi yang memiliki probabilitas tinggi agar bisa mendapatkan hati seorang cewek. Sabtu sore, sehari setelah percakapan awal. Mereka kembali nongkrong di tempat yang sama. Ditengah keasyikan agenda nongkrong mereka, tetiba ada seorang cewek lewat. Tinggi semampai, menggunakan pakaian sekolah yang sopan, terlihat agak sedikit pemalu karena cara berjalannya yang menunduk.Â
Rupanya cewek ini menggetarkan hati Hengki. Seperti gayung bersambut, keinginan Hengki untuk mencari pacar ternyata dipertemukan dengan seorang cewek yang cukup menggeratkan hatinya. Seolah-olah, semesta merestui keinginan Hengki.
Tetiba, Asep menjadi sedikit agak beringas.Â
Seperti om-om paruhbaya yang di prank teman kantornya minum obat kuat dosis besar. Cewek yang Hengki incar merasa risih. Walaupun awalnya sempat berkenalan dengan Asep. Vania Edoh namanya, sebuah nama yang eksotik. Menggambarkan nuansa akulturasi budaya. Yang selaras dengan paras blasterannya, yang meluluhkan hati Hengki. Semakin lama, Vania semakin risih melihat Asep yang semakin ofensif.Â
Setelah rasa kesal bercampur takut memuncak, tetiba datang Hengki yang mencoba melerai. Agak sedikit intimidatif, Hengki berbicara dengan Asep supaya tidak mengganggu Vania. Setidaknya, itu sedikit pesan yang terdengar oleh Vania. Hanya butuh beberapa menit saja, akhirnya Asep meminta maaf pada Vania lalu pergi. Dengan kejadian itu, rupanya Vania menaruh simpati pada Hengki karena mau membantu agar Asep tidak menggodanya. Sebelum lanjut pulang, mereka sempat berkenalan. Bahkan akhirnya sempat bertukar nomor WhatsApp.
Seperti halnya teori karet gelang, Hengki mencoba memainkan rasa penasaran Vania. Hengki tidak begitu agresif, untuk menunjukan perasaan yang sebenarnya pada Vania. Sesekali saja Henki menanggapi update status Vania. Bahkan, ketika saling berbalas pesan, Hengki dengan sengaja menggantung percakapan. Agar sedikit berjarak, supaya bisa merawat rasa penasaran Vania. Benar saja, dengan cara seperti itu akhirnya Henki mendapatkan apa yang dia inginkan. Seperti obrolannya dengan Asep, di warung kopi, Jum'at sore sepulang sekolah.
Rupanya, keberhasilan Hanki mendapatkan hati Vania, merupakan buah dari strategi yang sudah direncanakan dengan baik. Hasil konsultasi dengan Asep yang tentunya sudah lebih banyak pengalaman. Bahkan, beringasnya Asep menggoda Vania di Sabtu sore, depan warung kopi, juga merupakan bagian dari implementasi strategi ini.Â