Mohon tunggu...
Ab Gani
Ab Gani Mohon Tunggu... -

Pemalas

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

[Resensi Buku] Bertualang Menuju Hakikat Pulang

19 Desember 2015   23:02 Diperbarui: 20 Desember 2015   08:02 370
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kini Bujang hidup di kota, di tengah-tengah keluarga besar Tong, menjadi bagian keluarga itu demi menebus tugas bapaknya yang belum selesai. Di kota dia lebih dikenal dengan nama Si Babi Hutang berkat kejadian di gulita rimba mengalahkan dedengkot babi hutan itu. Di mata Bujang, Si Babi Hutan, kota dan Keluarga Tong adalah keluarga baru, dunia baru yang akan membawanya menuju petualangan hebat dan menegangkan.

Di Keluarga Tong Si Babi Hutan punya banyak kawan; berkenalan dengan Basyir, si jagal dari Arab dan menjadi sahabat pertamanya, ahli memainkan khanjar; berkenalan dengan Kopong, kepala tukang pukul; berkenalan dengan Mansyur, kepala keuangan dan logistik. Perkenalannya dengan orang-orang kuat dan berpengaruh dalam adu fisik di Keluarga Tong ini membangkitkan semangat Si Babi Hutan menjadi tukang pukul, namun tidak diizinkan Teuke Besar. Teuke Besar menginginkannya menjadi orang pintar, berpendidikan, menjadi ahli strategi seperti Parwez, agar bisnis shadow economy yang dijalankan tidak hanya mengandalkan taktik baku hantam fisik, tapi juga strategi intelektual. Hasil tes yang diberikan Frans, guru les Si Babi Hutan, mengimplikasikan otak Si Babi Hutan cocok menjadi seorang intelektual. Namun dia tetap keras kepala ingin menjadi tukang pukul. Si Babi Hutan pun mengultimatum Teuke Besar, jika keinginannya tidak dikabulkan akan berhenti belajar.

Apa kata Teuke Besar adalah perintah, jika tidak dilaksanakan berarti menerima pukulan sampai patuh. Namun tidak kepada Si Babi Hutan, Teuke Besar sedikit meredam ketegasannya, mengingat jasa Samad menyelamatkan bapaknya dari maut, mengingat jasa Si Babi Hutan sendiri di rimba Bukit Barisan.

Niat Bujang dikabulkan Teuke Besar pada upacara Amok, yaitu upaca untuk menyeleksi siapa yang pantas jadi tukang pukul. Tetapi Si Babi Hutan tidak mampu bertahan menghadapi puluhan tukang pukul selama dua puluh menit waktu yang ditentukan Teuke Besar. Dia gagal! Meskipun gagal, dia diam-diam meminta Kopong melatihnya menjadi tukang pukul. Malam hari adalah waktu yang tepat latihan karena tidak mengganggu jadwal belajarnya. Setiap malam dia dilatih Kopong menjadi tukang pukul di pantai. Dia juga belajar pedang—samurai—dan shuriken pada guru Bushi.

Berkat latihan rutin bersama Kopong dan guru Bushi, pada suatu hari, saat Keluarga Arab menyerang markas besar Keluarga Tong, Bujang membuktikan kemampuannya menjadi tukang pukul. Dia mampu melumpuhkan delapan Keluarga Arab seorang diri. Lagi-lagi nyawa Teuke Besar terselamatkan dari maut. Peristiwa itu membuka hati Teuke Besar lantas membiarkannya menjadi tukang pukul yang intelektual.

Karena izin itu semangat belajar Bujang bertumbuh tinggi sampai dia berhasil lulus di universita ternama di Massachusetts, Amerika, mengambil program studi Master Ekonomi dengan membawa pulang dua gelar. Bujang adalah lulusan terbaik dan tercepat di universitas tersebut. Bujang kini menjadi anak kesayangan Teuke Besar karena kecerdasa otak dan ototnya. Dia juga menjadi orang berpengaruh kedua di Keluarga Tong setelah Teuke Besar.

Dengan Plot maju-mundur, lembar demi lembar cerita yang dihidangkan Tere Liye dalam novel ini terasa lebih menyenangkan, membuat penasaran dan memberi efek mengejutkan karena pada bagian babnya kita dipaparkan dua latar waktu dan tempat yang berbeda namun singkron dengan peristiwa sebelumnya. Dengan begitu, cerita ini menggiring kita dengan hati-hati menuju petualangan tak terduga dan memukau, seru, apik, penuh strategi brilian, detail dan rapi, apalagi ditambah racikan dialog yang elegan dan tidak bertele-tele.

Salah satu peristiwa tak terduga itu kita temukan pada bab Tim Terbaik, di mana Si Babi Hutan menyiapkan tim untuk sebuah misi Penyerbuan Kasino (bab 9), misi mengambil kembali alat pemindai milik Keluarga Tong yang dicuri Keluarga Lin. Si Babi Hutan mempersiapkan tim terbaiknya seolah-olah dengan spontanitas dan tanpa perencanaan yang matang. Pertemuannya dengan dua gadis mengenakan pakaian seperti turis Jepang, Yuki dan Kiko, di atas feri tidak menunjukkan jika kedua gadis centil itu tim yang sudah dipersiapkan Bujang jauh sebelumnya untuk menyerbu Keluarga Lin di gedung kasino lantai 40 di Grand Lisabon, Makau. Dua gadis feminim itu nanti kita ketahui ternyata cucu guru Bushi yang sudah dipersiapkan Bujang saat berangkat menemui Master Dragon di Hong Kong.

Begitu juga pertemuannya dengan White, mantan marinir Amerika, di sebuah kedai makan miliknya. Lagi-lagi, dia direkrut Bujang untuk misi yang sama, selolah-olah tak disengaja dan tidak ada kaitannya sama sekali dengan Keluarga Tong. Ternyata White adalah anak Frans. Kesetiaannya pada Keluarga Tong bermula ketika nyawanya diselamatkan dari sandera di Baghdad oleh Keluarga Tong. White senang menembak dan tidak bisa menolak ajakan Si Babi Hutan. Tim terbaik pun sudah lengkap!

Ketakterdugaan peristiwa yang membuat kita terpukau tidak berhenti sampai di sini. Saat menyerbu gedung kasino, misalnya, adrenalin kita diacak-acak oleh Tere Liye dengan paparan adegan yang menegangkan dan misterius. Bujang yang tak pernah gentar harus menghadapi Keluarga Lin seorang diri tanpa senjata api colt kesayangan pemberian Slonga, guru tembaknya dari Filipina yang setia pada Keluarga Tong karena dia diselamatkan dari hukuman mati pemerinta Filipina, sebelum memasuki ruang utama tuan Lin yang dilapisi pintu kaca anti peluru yang tidak bisa dibuka keculi oleh tukang pukul Keluarga Lin yang berjaga di luar. Bujang akan mati jika terjadi apa-apa di dalam. Namun kecerdikan Bujang mampu menyelamatkannya dari maut. Dengan kartu identitasnya yang sengaja didesain pinggirnya dari logam, benda itu menjadi satu-satunya senjata yang dibawa masuk, benda itulah yang dilempar ke leher tuan Lin. Tuan Lin pun mati dalam posisi duduk lantas kematiannya diketahui tukang pukulnya ketika Bujang berhasil keluar dari ruangan itu.

Keributan terjadi setelah Bujang berhasil keluar. Baku tembak terjadi. Namun dengan keahlian menembak yang diajarkan Salonga, Bujang berhasil menembak tepat pada tombol pintu pengunci ruangan tempat para tukang pukul berjaga-jaga. Bujang terhindar dari keroyokan peluru tukang pukul Keluarga Lin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun