Yang namanya menitipkan sesuatu itu, tentu ada omongnya. Dan biasanya orang yang menitip, akan kembali datang untuk mengambil yang dititipkannya. Kalau tiba-tiba "bruk..." tanpa ada ucapan serah terima, apalagi tak pernah kembali, mana bisa disebut nitip. Itu membuang namanya.
Seperti dialami Pak RT ku yang rumahnya di ujung kampung. Di hari libur dia suka mengumpulkan buntalan-buntalan kresek sampah yang dilemparkan orang-orang kampung tetangga ke kebonnya. Biasanya di pagi hari saat pergi kerja atau ke pasar, warga kampung sebelah sekalian mencangking buntalan sampah, dilempar ke kali atau ke kebon orang yang dilewati.
Lagi mengumpulkan kresek sampah di kebonnya, di ujung ada bapak membonceng istrinya melambatkan motornya. "Bluk.." melempar buntalan sampah melewati tanaman pagar kebun. Begitu motor jalan lagi mendekat, Pak RT melemparkan satu kresek sampah ke depan motor bapak itu yang sedang lewat.
Si bapak mengerem mendadak. Matanya melotot menengok ke arah kebun di sampingnya. Mungkin pikirnya "siapa ini main lempar, apa tidak mikir, membahayakan orang lewat di jalan, kurang ajar !!! "
Tapi begitu dilihatnya di kebun Pak RT membungkuk mengambil batu sekepalan tangan, prosesor di kepalanya langsung tanggap. Si bapak dengan tangkas langsung tancap gas. Istrinya yang membonceng sampai ndengklak badannya, kakinya terangkat ke atas.
"Klotak.. klotak.. klotak.... " batu melayang mengenai aspal, mengejar di belakang motor si bapak. Rupanya masih punya malu dan tidak gagal paham, menaruh sampah di kebun orang tanpa bilang-bilang itu tidak benar. Bilangpun, akan dijawab "taruh saja di kebunmu sendiri !!!"
Lain cerita dengan kampung si Ana, mengenai masalah sampah dan urusan titip menitip. Urusan sampah memang beberapa kali bikin geger. Tapi titip menitip adalah hal menyenangkan, biasa dilakukan, tak peduli sampah yang dititipkan.
Kalau pagi si Ana membersihkan halaman depan rumahnya. Jalan di depannya sudah ramai, si Ana masih santai. Karena si Ana karyawan swasta berangkat kerja setengah delapan dari rumah tidak mengapa.
"Uduk.. uduk.. uduk.. " bapak bermotor berhenti di depan halaman si Ana. Tangannya mencangking sebungkus kresek sampah.
"Pagi mba Ana, bunganya bagus-bagus sekali, jenis baru ya? Aktual lohh ... nitip ini ya... " katanya sambil menaruh kreseknya.
"Makasih pak. Silakan titipannya ...... " si Ana tersenyum memandang motor bapak itu menjauh.