Selama tiga hari itu pula Mbahko menguber anak-anak tetangga dan juga anak-anak dari kampung sebelah, untuk sekolah. Kadang harus bersitegang, karena orang tuanya tidak mengijinkan anaknya bersekolah. Sekolah itu suatu hal baru yang menakutkan, dan tidak dapat dilihat apa kegunaannya oleh mereka.
Hari Senin tiba, pemeriksa dari kecamatan datang memeriksa. Ada bangunan kelas, ada peralatan, ada murid. Bapak pemeriksa menyatakan layak untuk didirikan sekolah dasar di kelurahan Sukorejo. Mbahko menjadi guru pertama. Murid-murid lainnya terus diuber oleh Mbahko hingga ke kampung-kampung bahkan desa-desa sebelah.
Begitulah kisahnya Mbahko 'mendirikan' sekolahan negeri. Padahal Mbahko menjadi guru itu karena kecelakaan, katanya. Kecelakaan bagaimana? Bapak lanjutkan lain kali, ya, ceritanya..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H