Mohon tunggu...
Abest
Abest Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Segala puji dan syukur untuk segalanya hari ini

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Bukan Salah SBY

26 September 2014   19:51 Diperbarui: 17 Juni 2015   23:24 350
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari ini ramai berita, tulisan dan komentar-komentar atas berita-berita dan tulisan-tulisan tersebut yang kebanyakan bernuansa menyalahkan SBY. Bahwa RUU Pilkada sudah disahkan DPR dengan pilihan Pilkada dilakukan tidak langsung, itu adalah takdir. Salahkan Tuhan atas takdir yang terjadi untuk rakyat Indonesia ini. Dan Tuhan sudah menyiapkan jawaban yang sudah termaktub di dalam kitab suci, "bisa jadi sesuatu yang tidak kamu sukai itu baik bagi kamu, namun kamu tidak mengerti." Mengapa kalian menyalahkan SBY ? Karena SBY orangnya lembut ? Takut, ya, menyalahkan Prabowo ? Jelas yang menabuh gendang tarian adalah Koalisi Prabowo. Memang RUU diajukan oleh pemerintah, dalam hal ini boleh diasumsikan sebagai pihak SBY. Tetapi yang melakukan gembar gembor untuk memilih Pilkada tidak langsung di hari-hari terakhir adalah Koalisi Prabowo. Bila ada andil SBY dalam keputusan Pilkada tak langsung ini, andil tersebut hanya kecil bagiannya. Mengapa kalian menuntut SBY mengikuti keinginan kalian, yang mengatasnamakan mayoritas rakyat ? Atau atas nama idealisme untuk menghasilkan sistem Pilkada yang baik ? Tujuan luhur politik memang adalah sesuai dengan yang tercantum dalam mukadimah UUD 45. Tetapi tujuan luhur tersebut berada di paling ujung. Dan di pangkalnya terlebih dahulu politikus dengan partainya harus berjuang untuk tetap eksis, baru bisa memperjuangkan berbagai tujuan, termasuk tujuan paling luhur yang berada di ujung, berada di urutan terakhir. Partai politik didirikan sejatinya adalah untuk meraih kekuasaan. Setidaknya ikut mencicipi kue kekuasaan, berbagi-bagi kekuasaan setelah secara bergotong royong bersama beberapa partai lain merebut kekuasaan. Mengenai rakyat Indonesia yang berdaulat, adil dan makmur, itu hanyalah efek samping dari keberadaan suatu partai politik. Setidaknya ini adalah kenyataannya, meskipun dalam AD ART partai mencantumkan semua kata indah dan tujuan yang muluk bagi rakyat Indonesia. Demokrasi yang masih dalam proses di Indonesia tidak akan memberikan buah tujuan akhir rakyat Indonesia yang berdaulat, adil dan makmur, dalam waktu dekat generasi saat ini. Koalisi Prabowo memang jelas-jelas bertanggungjawab atas diputuskannya Pilkada langsung ini. Maka tidak perlu dicecar sebagai pihak yang dipersalahkan. Maka SBY yang perlu dipersalahkan saat ini ? Karena SBY selalu berbicara kepada publik sesuatu yang berbeda dengan langkah yang diambil partainya, dimana dia menjadi ketua umum. Partai Demokrat adalah satu partai yang mengandalkan patron SBY. Partai Demokrat ada karena SBY ada. Maka SBY sangat pasti bisa mengatur langkah yang harus ditempuh oleh Partai Demokrat. Apa yang dikatakan SBY, dan apa yang dilakukan Partai Demokrat, semua merupakan kebijakan SBY dalam rangka survivalnya di dunia perpolitikan Indonesia, bagi Partai Demokrat secara umum dan bagi SBY dan keluarga secara khususnya. Tidak ada yang salah dengan apa yang diucapkan dan diperbuat SBY selama ini dalam berpolitik. Karena tidak ada salah dan benar yang pasti dalam politik. SBY bicara plintat plintut, lain perkataan dengan perbuatan yang dilakukan partainya. SBY berpura-pura dan berakting sandiwara ?  Memang begitulah adanya pribadi seorang SBY, sebagaimana begitulah adanya kepribadian seorang Prabowo dengan kekhasannya yang lain. Yang utama bagi SBY adalah pencitraan di mata rakyat Indonesia. Kapan pertama kali kata 'pencitraan' muncul dalam pemberitaan politik Indonesia? Pada masa awal proses naiknya SBY sebagai Presiden RI. Pencitraan adalah ajian SBY, sebagaimana Lembu Sekilan adalah ajian milik Patih Gajahmada. Jadi ciri khas seorang SBY tidak untuk kita salahkan, tetapi untuk kita terima dengan ikhlas. Untuk cermin bagi kita, agar kita semua tidak berperilaku seperti itu. Jangan salahkan SBY. Dia memegang posisi penting dalam mengarahkan hasil keputusan Pilkada tak langsung, karena posisinya sebagai seorang Presiden RI yang memiliki pengaruh besar dalam dunia politik Indonesia. SBY menjadi presiden karena dia dipilih oleh rakyat selama dua periode. Salah satu rakyat yang memilih SBY sebagai Presiden dalam 2 kali Pilpres adalah SAYA. Maka salahkan saya sajaaaaa ....... . . . . . .  .   .     .       . sumber gambar: http://nasional.kompas.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun