Mohon tunggu...
Inin Nastain
Inin Nastain Mohon Tunggu... lainnya -

Nikotin, Kafein, http://atsarku.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Bianglala

26 Oktober 2015   08:30 Diperbarui: 26 Oktober 2015   08:30 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sementara anak-anak tadi, mereka asyik merasakan pelukan hangat dari orang tuanya. Sesekali celoteh mungil mereka terdengar mengikuti dzikir yang diucapkan oleh orang tuanya. Celotehan dzikir yang nyaring, senyaring teriakan mereka saat orang dewasa menjalankan kewajibannnya.

Tidak mau kalah dengan dewasa. Setelah dzikir selesai, mereka pun berebut untuk bersalaman dengan para jamaah, orang dewasa. Tak peduli siapa yang diajak salaman, yang mereka tahu adalah ketika salaman dengan orang dewasa, maka mereka harus mencium tangannya. Ciuman tangan yang tadzim, bersambut senyum kasih sayang dari orang dwasa. Tak ada sepatah katapun tentang teriakan yang bersaing dengan al-fatihah imam tadi. Apalagi sorot mata memonis salah.

Lima menit berlalu. Satu persatu jamaah mulai keluar, meninggalkan musala kembali ke rumah masing-masing. Dan pada akhirnya hanya satu orang yang masih di dalam, yang tidak lama lagi, pun akan menyusul yang lain, meninggalkan musala. Beberapa lampu musala sudah mulai dipadamkan. Pintu musala pun ditutup dan mengaitkan kunci manual, agar tidak terbuka ketika ada angin.

Suasana musala dan pelataran kembali sunyi. Tidak ada lagi teriakan dari anak-anak SD, ataupun celotehan riang dari anak-anak balita seperti saat salat tadi. Dari beberapa arah mata angin, sayup-sayup terdengar suara televisi. Entah, acara apa yang mereka tonton. Samar namun yakin, suara anak-anak entah membaca mata pelajaran apa, menyahut. Sesekali terdengar lemparan pertanyaan dari mulutnya, yang disambut dengan penjabaran yang tenang dari suara orang dewasa.

Perlahan namun pasti, hitam malam semakin pekat. Dan lampu-lampu di dalam rumah mulai dipadamkan. Suasana malam semakin khusyu dengan pekatnya. Angin di musim kemarau, sesekali membelai apa saja yang dilewatinya. Sayup-sayup, beberapa jangkrik masih dengan malu-malu mulai mengajak teman-temannya untuk berdendang. Seolah sudah waktunya untuk membalas keriuhan anak-anak di sore tadi. Sementara malam, semakin pekat mencoba mencerna setiap celoteh yang dijumpainya sepanjang hari itu. Memahami salat jamaah yang tidak terganggu oleh teriakan balita, dan begitu juga sebaliknya. Celotehan balita yang sedikitpun tidak terusik oleh gerakan salat orang dewasa. Pun menerka-nerka, berapa jam lagi kah dzikir yang dipanjatkan oleh balita itu akan berbuah manis. Suara gemerisik dedaunan, semakin mengkhusyukan kekhusyuan malam yang semakin panceg.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun