“Bedebah” seru Bhisma sambil menutup muka dengan ke-dua telapak tangannya. Kepalanya semakin pusing, ketika mencoba kekeuh untuk mengingat masa lalunya.
“Hentikan rengekanmu agar aku mengingat siapa dan bagaimana aku,” lanjut Bhisma dengan tatapan mata kosong, fokus pada ilalang yang bergoyang diterpa angin.
Jangankan untuk mengingat siapa dirinya, kapan mulai lupapun, Bhisma tak sanggup.
Hati Renjani semakin getir melihat pemandangan yang ada di depannya. Bhisma, laki-laki yang dulu dicintainya, kini tak mengenalinya lagi. “Sayang, mau kah kita duduk di sana. Di bawah pohon nangka itu. Coba liat Sayang, pemandangannya indah bukan? Kamu liat burung-burung itu bukan?” ajak Renjani lembut.
Kelopak matanya semakin panas menahan sesak yang dirasa. Masih begitu jelas, bagaimana Bhisma begitu mencintainya. Namun, bisikan-bisikan itu berhasil mengenyahkan setiap ikrar yang diucapkan Bhisma. Hingga akhirnya, ia mendapatkan kabar buruk menimpa Bhisma. “Bhisma, yakin kamu akan kembali! Benturan hebat itu, tidak akan merampas memorymu secara permanent” salah satu pesan di wall FB Bhisma satu bulan yang lalu yang dikirimkan oleh temennya.
@@@@@@@@@
“Nyawa pasien alhamdulillah bisa diselamatkan,” kata dokter setelah bergelut menangani Bhisma. “Namun sepertinya, dia akan lupa masa lalunya. Kesabaran orang-orang di sekitarnya, sangat penting untuk membantu pasien agar sedikit demi sedikit bisa kembali mengingat,” lanjutnya, kemudian menarik nafas panjang.
”Bahkan, tidak menutup kemungkinan pasien tidak ingat siapa namanya. Benturan yang dialami pasien, cukup kuat” kata dokter kemudian.
Pilihan Bhisma untuk berakhir pada Renjani, memaksanya untuk mengenyahkan segala cibiran yang ada. Bahkan, kecemburan yang sering datang dengan hebatnya, tidak sedikitpun mengurungkan Bhisma pada keputusannya itu. Hingga pada suatu saat, Bhisma memutuskan untuk berangkat ke kota tempat Renjani tinggal. Tidak peduli dengan kemungkinan yang akan terjadi, meskipun akhirnya harus merasakan sakit hati yang lebih hebat lagi.
Namun naas, musibah tragis dialami Bhisma sebelum berhasil menginjakkan kaki di kota perempuan yang dicintainya itu. Benturan hebat pada kepalanya, menyebabkan Bhisma sempat koma beberapa jam. Beruntung, nyawa Bhisma masih bisa tertolong, meskipun dari hasil pemeriksaan, dokter memonis Bhisma akan kehilangan ingatan masa lalunya.
@@@@@@@
“Sayang, kamu tau baju yang aku kenakan ini? Baju ini kita beli berdua di emperan pasar malam Sayang. Kamu tau, aku sempat sebel, ketika kamu katakan, sekali-kali coba datangi pasar seperti ini. Jangan melulu masuk ke pasar modern,” penuh kesabaran, Renjani mencoba mengembalikan memory Bhisma.
Diam-diam, ada perasaan yang begitu bergejolak pada hatinya. Namun, kini lelaki yang ada di sampingnya itu, nyaris asing. Ada bulir-bulir bening mulai menggelayut di ujung mata indahnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H