Mohon tunggu...
Inin Nastain
Inin Nastain Mohon Tunggu... lainnya -

Nikotin, Kafein, http://atsarku.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Nature

Puting Beliung ‘Takut’ Sama Kebun Bambu

9 Januari 2012   12:10 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:08 262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13261113041431595007

Tidak ada ilmiah-ilmiahnya, judul di atas. Ini hanya sekedar unek-unek setelah tadi siang nyari Iwung (anak bambu) untuk disayur dan sisanya dibikin lotek.

Kebetulan waktu nyari iwung, tiba-tiba ada angin yang lumayan kenceng, yang membanting ke kiri dan ke kanan pohon yang dilewati angin itu. Tapi, setelah dihantam setengah mati angin puyuh, tak adasatu pun pohon bambu yang roboh, lebih-lebih tercerabut dari tanah. Jangankan roboh, lesu aja nggak. Beda dengan pohon lainnya yang roboh, atau minimalnya pletat-pletot tidak tegak setelah di hantam (istilah ngerinya) angin yang ujug-ujug datang tadi.

[caption id="attachment_154831" align="alignleft" width="150" caption="pinjem dari Om Google"][/caption] Berawal dari kejadian saat nyari rezeki iwung, iseng-iseng Saya dengan temen-temen menganalisa (tentunya beda cara dengan analisa yang dilakukan para fakar) kenapa pohon bambu tidak tumbang, padahal yang lainnya nyerah.

Akar pohon bambu yang melanglang-buwana ke sana ke mari, dengan sendirinya mampu mengokohkan pohon bambu dari terpaan angin kencang. Dengan akar yang menancap kuat dan mengikat dengan jarak yang jauh, memungkinkan pohon bambu tegar menhadapi terpaan angin, sekenceng apapun.

Selain akar yang menjelajah, karakter pohon bambu yang seneng bergerombol juga memungkinkan angin kenceng tidak sanggup merobohkan pertahanan pohon bambu. Dengan jumlah yang banyak dan bergerombol, angin yang semula menerjang, mampu ditahan sehingga konsentrasi pergerakkan angin terpecah. Dengan pergerakkan yang terpecah, kekuatan angin mengalami penurunan dan hanya mampu menggerakkan serumpunan pohon bambu dadah ala perempuan-perempuan cantik di pentas kecantikan atau para pejabat yang melambai-lambaikan tangan ketika melintas di kerumuman. Setelah itu, kembali tegak lurus dengan sexi-nya.

Kelenturan yang dimiliki pohon bambu juga, mempermudah bambu untuk menjaga keseimbangan ketika diterpa angin. Bambu mampu mengimbangi gerakkan angin ke kiri dan ke kanan, tapi kemudian kembali ke tempat semula dengan gagah namun elastis. Ini berbeda dengan pohon lainnya yang gagah tapi kaku. Dengan kondisi yang kaku, tak goyeh ditowel tangan, sesungguhnya membuat pohon-pohon selain pohon bambu rapuh.

Dengan pengalaman ‘tragedi’ di pohon bambu tadi, sepertinya perlu untuk menanam pohon bambu di pingir rumah sebagai benteng ketika angin gedhe menerjang, bahkan mungkin ketika angin puting beliung. Tapi sayangnya, manusia terlalu gagah untuk ramah sama pohon bambu. Manusia sangat perkasa untuk menebang habis pohon bambu tanpa repot-repot untuk menanam kembali.

Tapi, lagi-lagi ini hanya obrolan yang sok-sok an pengen ilmiah. Padahal sama-sekali tidak ada ilmiah-ilmiahnya sedikitpun...

Jadi intinya, sangat butuh pembahasan ilmiah dari temen-temen yang memang berkompeten di bidang ini...

Salam bambu

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun