Mohon tunggu...
Inin Nastain
Inin Nastain Mohon Tunggu... lainnya -

Nikotin, Kafein, http://atsarku.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Istriku (Ternyata) Tidak Mencintaiku

16 September 2010   12:06 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:12 3378
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setiap orang, sangat manusiawi sekali kiranya, ketika mengharapkan dalam kehidupan berkeluarganya penuh dengan kasih sayang, ketenangan dan kemudian bisa menjadi keluarga yang harmonis. Dan itu pun yang Aku cita-citakan jauh sebelum aku memiliki sebuah keluarga dengan seorang istri dan anak. Sebuah hubungan rumah tangga, yang kesehariannya selalu dipenuhi dengan kasih sayang, celotehan anak yang manis melapalkan kalimat yang didengarnya dari kami, orang tuanya.

Ambil dari Google

Iya benar, sekarang aku memiliki sebuah keluarga yang memang diidam-idamkan oleh semua orang. Dengan istri yang cantik, seorang anak hasil buah kasih Aku dan istri yang pintar dan juga cantik seperti ibunya, kini telah Aku dapatkan. Dan itu, menciptakan anggapan tersendiri dari orang-orang di sekitarku, bahwa Aku adalah orang yang paling bahagia dengan keluarga yang harmonis.

Namun, dibalik yang disaksikan oleh orang-orang di sekitarku, ada sesuatu yang sampai saat ini Aku sangat merasa bersalah kepada istri, orang tua dan mertuaku. Setelah kami dikarunia seorang anak yang pintar, ternyata, istriku tidak mencintai Aku. Aku merasakan ada sesuatu yang disimpan sebisa mungkin oleh istriku dari Aku. Ya, istriku selama ini telah menyimpan rahasia tentang dirinya dari Aku.

Aku belum tahu secara pasti, apakah orang tua dan mertuaku dulu memberikan tekanan-tekanan kepada istriku yang saat itu masih calon istriku, untuk menerima pinanganku, sehingga istriku menerima lamaranku. Pun Aku tidak tau, alasan apa sesungguhnya yang menjadi pertimbangan istriku dulu menerima lamaranku.

Selama pernikahan kami, Aku tidak bisa merasakan kasih sayang yang benar-benar tulus dari istriku. Dan itu terus berlangsung, meskipun kami telah dikarunia seorang anak yang lincah. Aku merasakan ada sesuatu yang menjadi ganjalan pada diri isrtiku, yang berusaha ditutup serapat mungkin dari Aku. Tapi, apa yang istriku simpan, aku tidak tahu.

Sampai suatu hari, Aku mendapatkan sebuah pembenaran dari ihwal adanya sesuatu pada istriku yang Aku belum tahu itu. Perasaan muak, menyesal, benci dan merasa bersalah sekaligus berdosa, menyeruak dalam benakku, ketika Aku mendapatkan sesuatu yang sungguh, di luar keinginanku.

“Suamiku, maafkan Aku yang selama ini menyimpan sesuatu dari mu. Aku tau dan sadar, Kau pun merasakan itu. Beberapa kali, mata dan bahasa tubuhmu menyiratkan suatu tanya atasku. Tapi dengan kasih tulus yang kau miliki untukku, tidak kau lapalkan itu, Suamiku. Suamiku, mungkin Aku bukan istri yang sholehah bagi mu. Anggapan orang-orang di sekitar kita salah, suamiku. Suamiku, maafkan Aku, karena selama ini, bahkan meskipun kita memiliki buah hati sebagai buah cinta kita, Aku masih belum bisa menerima Engkau sepenuhnya. Aku masih belum bisa melupakan kisah ku sebelum pernikahan ini. Sampai saat ini, Aku masih belum bisa menerima Engkau sepenuhnya sebagai bagian dari hidupku, suami ku.. Aku telah berusaha sebisa mungkin, tapi, entahlah, Aku terlalu lemah dan hina untuk bisa menghindar dari perbuatan salah itu, suamiku… Suamiku, Aku mencintaimu, dan akupun merasa senang menjadi istrimu, tapi Aku tidak bisa melupakan kisah sebelum ini, suamiku. Demi Tuhan, tidak ada paksaan untuk ku untuk menerima mu. Itu semua atas kesadaranku, agar aku bisa melupakan kisahku. Tapi nyatanya, Aku masih belum bisa melupakan. Suamiku, maafkan aku, karena aku adalah istri yang tidak tau diri.”

Entah, perasaan apa yang Aku rasakan setelah tanpa sengaja menemukan sebuah tulisan dalam buku kecil di kamar tidur kami. Aku sakit hati, karena selama ini telah dibohongi oleh orang yang Aku cintai. Aku membenci taqdir ini. Tapi Akupun sadar, ini adalah kegagalan Aku sebagai suami dari istriku.

Entah, Aku tidak bisa berpikir jernih setelah membaca tulisan tangan istriku itu. Satu yang pasti, perceraian akan berdampak kepada munculnya masalah dalam keluarga dan anak adalah pihak yang paling menjadi korban dari perceraian. Dan Aku tidak mau itu menimpa orang-orang yang Aku cintai

“Tuhan, ampunilah Aku, karena Aku telah gagal mengemban amanant Mu, Tuhan. Aku telah lalai dan gagal mengemban perintah Mu. Aku gagal menjadi suami, Tuhan. Istriku, Sayang.. maafkan Aku, karena tidak pernah bisa menjadikan Kau bahagia menjadi istri dari Aku. Aku tidak bisa menjadikan Kau bangga dan bahagia menjadi istriku. Aku gagal untuk bisa menjadikan benih-benih cinta di hatimu tumbuh padaku. Maafkan Aku, Sayang… maafkan Aku…”

(Aku dedikasikan untuk sahabatku. Aku yakin, Madzhab Cinta akan subur pada orang-orang yang kau cintai)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun