Traveling mungkin merupakan salah satu alasan saya untuk mencoba keluar dari zona nyaman. Pernah pada suatu ketika saat saya masih polos, saya bertemu dengan seorang backpacker bule asal Amerika di dalam kereta Pramex jurusan Jogja - Solo.
Saat itu saya duduk disebelahnya dan sepanjang perjalanan kami banyak mengobrol. Salah satu obrolannya adalah tentang comfort zone.  Waktu itu saya belum tahu apa itu comfort zone. Seingatku dia bilang begini "...I want to escape my comfort zone,  so i decide to travel around the world". Dari perkataanya, saya pikir zona nyaman itu ya cuma rasa bosan saja. Sudah, itu saja, rasa bosan.
Pernah mendengar istilah 'zona nyaman'? jika belum, maka beruntunglah saya karena bisa memberikan informasi ini kepada pembaca yang mungkin sekarang sedang berada dalam fase stagnant, merasa hidup kok begini-begini saja, tidak ada kemajuan.
Saya juga sekarang sedang berada dalam fase tersebut, tapi setidaknya saat ini saya sedang mencoba untuk keluar dari penjara 'zona nyaman' itu dengan melakukan sesuatu yang belum pernah saya lakukan sebelumnya. Sesuatu yang di luar kebiasaan dan selama ini cenderung saya hindari.
Zona nyaman merupakan bagian dari masalah psikologi dasar manusia. Menurut pakar Behavioural Psychology Alasdair A. K. White dalam bukunya 'From Comfort Zone to Performance Management' mengatakan bahwa,  Zona Nyaman adalah sebuah keadaan dimana seseorang merasa terbiasa dan nyaman karena mampu mengontrol lingkungannya. Dalam keadaan ini, orang tersebut jarang merasa gelisah dan jarang mengalami tekanan yang mengakibatkan stress.
Jadi, hal apapun yang membuat kita nyaman dan enggan beranjak karena takut terjadi sesuatu jika meninggalkannya adalah merupakan Zona Nyaman. Takut mencoba sesuatu yang baru adalah definisi paling sederhana dari kalimat 'terjebak di zona nyaman'.
Skripsi, diet, olahraga, traveling, memulai sebuah bisnis, mencari pekerjaan, hal tersebut adalah sekian dari banyak hal yang ingin di sukseskan oleh banyak orang namun selalu gagal untuk dilaksanakan.
Kita gagal melaksanakan hal-hal itu bahkan sebelum memulainya karena takut akan kemungkinan-kemungkinan 'buruk' yang mengikutinya. MIsal, kika ingin kurus maka kita harus mengorbankan makanan favorit, jika ingin memulai sebuah usaha maka langsung terbayang kegagalan dan penderitaanya, saat ingin mulai mengerjakan skripsi, langsung terbayang wajah garang sang dosen.
Kita selalu menghindar dengan berbagai macam alasan dan kekhawatiran, alhasil kita akan terus terjebak dalam zona nyaman dan tidak bisa berkembang.
Oke, saya berikan contoh saja. Alkisah suatu hari ada seorang pria bernama Edi. Edi merupakan seorang pria dengan berat badan diatas rata-rata, alias gendut dan juga jomblo. Oleh keluarga dan teman-temannya dia disarankan untuk melakukan diet supaya bisa dapat pacar.Â
Namun, bagaimanapun cara mereka membujuknya, Edi tetap tidak mau diet dengan alasan capek, lapar, tidak bisa makan makanan kesukaannya lagi, dan seabreg alasan lainnya. Akhirnya Edi mati muda karena obesitas dan jadi jomblo sampai akhir hayatnya.
Kok ceritanya jadi tragis sadis ya? maaf bukan bermaksud menyinggung seseorang, ini hanya sebuah contoh sederhana dengan memasukkan sebuah konsekuensi yang besar.
Kesimpulan dari contoh itu, Edi selalu bersembunyi di dalam sebuah ruangan dan memagarinya dari dunia luar yang sama sekali belum pernah ia rasakan. Tempat bersembunyi itulah yang disebut dengan 'zona nyaman'. Pagarnya adalah 'kekhawatiran'. Sementara dunia luar adalah dunia yang akan kita masuki setelah mampu lepas dari zona nyaman.Â
Dunia luar itu penuh dengan kejutan dan keajaiban. Zona nyaman merupakan sebuah dunia dimana kita bisa mengontrol apa pun yang kita mau tanpa harus merasa menderita dan gagal, tanpa peduli ada dunia yang lebih indah menanti diluar sana.
Padahal jika Edi mau menghancurkan pagar penghalangnya dan pantang menyerah melangkah keluar dari ruang sempitnya, dia bisa hidup bahagia dengan tubuh atletis, istri yang cantik, anak yang lucu, rumah yang mewah, dan makanan sehat yang lezat.
Hal-hal itu merupakan kemungkinan-kemungkinan yang bisa diciptakan oleh zona yang ada diluar zona nyaman. Sebuah sarana untuk membuka potensi diri dan berkembang menjadi pribadi yang lebih baik.
Pasti ada yang berpikiran "Ah, Edi mungkin saja mati dengan bahagia karena bahkan sampai akhir dia selalu bersama apa yang dia sukai".
Pemikiran seperti ini merupakan pemikiran yang salah. Itulah sikap avoidance, sikap menghindar yang sama dengan pagar yang dibuat oleh Edi diatas. Sikap menghindar tersebutlah yang sebenarnya paling berbahaya dan membuat kita terkurung di dalam zona nyaman.
Bila kita mau melangkah keluar dari zona nyaman maka kita akan menemukan sumber kebahagiaan yang lebih luas lagi. Keluar dari zona nyaman berarti adalah keluar dari kebiasaan-kebiasaan dan berani menghancurkan pagar untuk melangkah menuju zona nyaman yang lebih besar dan bervariasi.Â
Setelah keluar dari zona nyaman, untuk menuju zona misterius yang menyimpan berbagai keajaiban kita harus melewati sebuah sungai yang cukup luas yang namanya sungai penderitaan. Banyak yang sudah berusaha keluar zona nyaman namun balik lagi karena tidak kuat berenang menyeberangi sungai tersebut. Hanya orang-orang yang punya tekad dan semangatlah yang mampu menyeberanginya.
Zona nyaman kebanyakan adalah alasan kenapa seseorang melakukan sebuah perjalanan / traveling ke tempat-tempat yang belum pernah di kunjungi. Dengan mengunjungi sebuah tempat yang berbeda, kita akan dilatih untuk harus merasa nyaman di tempat yang bukan biasanya kita merasa nyaman. Ditempat dimana kita akan bertemu orang-orang yang berbeda, bangunan yang berbeda, makanan yang berbeda, dan bahasa yang berbeda sehingga kita akan terlatih untuk merasa nyaman ditempat yang tidak nyaman. Kita akan melihat sebuah dunia dimana banyak keajaiban dan kejutan menanti. Hidup kita akan lebih berwarna-warni seiring berlalunya sang mentari.
Kenapa harus keluar dari zona nyaman? Ada banyak keuntungan jika kita mau bertekad melangkah keluar dari zona nyaman. Keuntungan tersebut akan saya tulis pada artikel berikutnya. Saya akan sangat gembira bila pembaca menyempatkan membaca tulisan saya yang lainnya di abesagara.com.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H