Charles Darwin mengatakan: Â "It is not the strongest of the spices that survive, nor the most intelligent, it is the one that is most adaptable to change."Â
(Bukanlah makhluk yang terkuat, dan bukan juga makhluk yang paling pintar, melainkan seseorang yang paling bisa beradaptasi terhadap perubahanlah yang akan bisa bertahan hidup di dunia ini) sepertinya Tumbuhan  mengerti betul makna yang tersirat dari pepatah itu.
Sulitnya untuk bermetamorphosis karena tingginya kelembaban udara dan rendahnya intensitas cahaya matahari membuat Tanaman di jerman untuk mulai menggugurkan dedaunan yang mereka miliki agar mereka bisa bertahan hidup dengan lingkungan yang ada. Â
Tetumbuhan yang awalnya tampak cantik dengan dedaunannya yang hijau asri di saat musim gugur harus tampak letih kekuningan hingga lusuh kecoklatan dengan satu tujuan Life Longer...
Herbert Spencer menyebutkan adaptasi sebagai tujuan hidup tiap-tiap manusia, mengingat panggilan hidup dalam masyarakat sekitarnya selalu menghadapi perbaikan dan kemajuan dengan jalan evolusi.Â
Menyadari kenyataan hidup dalam masyarakat majemuk bahwa perubahan sosial pasti terjadi, lebih-lebih perubahan kebudayaan yang mencakup system ide, aturan-aturan atau norma-norma, oleh karenanya kemampuan menghargai orang lain dan bisa menerima kelebihan dan kekurangan orang lain sangatlah di perlukan oleh setiap individu demi kelestarian hidupnya ataupun kelestarian komunitasnya.
Masyarakat sebagai sebuah sistem kumpulan individu, cepat atau pun lambat hidup dan kehidupan masyarakat mengalami perubahan sosial yang mengarah pada berbagai perbedaan.Â
Kondisi sosial yang berbeda ini, menuntut kelenturan untuk mengubah segala tindakan yang dilakukannya. Kelenturan memungkinkan seseorang atau kelompok masyarakat tertentu untuk menyesuaikan diri agar keberadaannya dapat bertahan dan diterima di tengah-tengah masyarakat.
Bagi kita yang beragama hindu perihal kemampuan beradaptasi, bukanlah sesuatu yang baru, dan sedari dulu kita mengenali istilah Desa Kala Patra.
Desa Kala dan Patra adalah konsep ruang, waktu dan keadaan yang berintikan penyesuaian atau keselarasan serta dapat menerima keragaman dalam keseragaman atau perbedaan dalam kesatuan.
Konsep ini memberikan landasan yang fleksibel dan luwes dalam berinteraksi ke dalam maupun keluar. Pada dasarnya, seseorang atau sekelompok masyarakat menyesuaikan diri karena dua alasan:Â
Pertama: perilaku orang lain memberikan informasi yang bermanfaat.
Kedua: seseorang atau sekelompok masyarakat menyesuaikan diri karena ingin diterima secara sosial dan menghindari celaan.
Dua alasan menyesuaikan diri ini dapat dijelaskan bahwa orang lain merupakan sumber informasi yang penting. Mereka mengetahui sesuatu yang tidak kita ketahui, dengan melakukan apa yang mereka lakukan kita akan memperoleh manfaat dari pengetahuan mereka, dengan memperoleh informasi setidak-tidaknya akan dapat menghindari atau terhindar dari kemungkinan peristiwa negative yang terjadi.
Selain konsep Desa Kala Patra, dalam ajaran Hindu juga terdapat beberapa konsep lain tentang adaptasi atau menyesuaikan diri , seperti
1. Rwa Bhineda adalah suatu konsep dualistis yang merefleksikan bahwa dalam hidup ini senantiasa ada dua katagori yang berlawanan seperti katagori baik dan buruk, benar dan salah, hulu dan hilir dan seterusnya.Â
Pengaruh bagi kehidupan manusia memberikan dinamika perjuangan menuju yang baik dan benar dan pada hakekatnya memberikan kestabilan dan keseimbangan.
2. Tri Samaya yaitu tiga cara pandang meliputi:Â
Atita (masa lampau)
Wartamana (masa sekarang)
Nagata(masa yang akan datang).Â
Manusia hidup bukan menatap kehidupan masa lampau tetapi hal-hal yang baik dan positif pada masa lampau harus tetap dipertahankan dan dikembangkan serta di tingkatkan pada masa hidup sekarang dalam rangka meraih masa hidup yang akan datang lebih sukses.
3. Konsep Tri Hita Karana adalah konsep tiga penyebab kesejahteraan dalam kehidupan yaitu Â
parhyangan,
pawonganÂ
palemahan.Â
Konsep ini berintikan keselarasan, keseimbangan dan keharmonisan yang mencakup keselarasan hubungan manusia dengan Tuhan, manusia dengan sesama manusia dan manusia dengan lingkungan alam sekitarnya.
4. Konsep Catur Purusa Artha yaituÂ
dharma = kebenaran,
artha    = materi,
kama    = keinginan
moksa   = kebahagiaan batin
Empat tujuan hidup dalam rangka membina kehidupan yang seimbang antara pemenuhan kebutuhan materiil dan spiritual di dunia ini maupun di dunia akhirat
5. Tat Twam Asi yaitu konsep ajaran yang menekankan bahwa sesungguhnya kita bersaudara, "Kau adalah Aku, Aku adalah Kau"
RENUNGAN
Kembali ke cerita di atas dan menghubungkannya dengan konsep adaptasi yang tersurat dalam ajaran agama hindu, kita sebagai umat manusia yang hidup dalam komunitas masyarakat yang majemu.
Kalau kita sadari, sesungguhnya kita di tuntun untuk bisa saling menghargai, tolong menolong, mencintai kedamaian, menjalin persaudaraan sejati dan menjunjung tinggi persatuan atas nama kebersamaan, seperti di tunjukkan oleh kemampuan beradaptasi dari tanaman diatas dengan perubahan lingkungannya.
Semoga apa yang baik-baik yang tercantum dalam ajaran agama kita, bisa kita jadikan renungan untuk kita amalkan dalam kehidupan kita sehari-hari sehingga kita bisa menjadi pribadi yang bisa di terima oleh lingkungan kita dan keberadaan kita bermanfaat buat orang lain.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H