"Orang Jepang disiplin ya, Mi?"Â
Suara bass-mu menggetarkan punggungku. Sejenak baru tersadar bahwa sejak tadi kita saling bersandar. Terasa nyaman dan mesra.Â
"Kok tiba-tiba ngomongin orang Jepang?" tanyaku seraya menoleh ke belakang. Kedua tangan menahan laptop di pangkuan.Â
"Itu ... Mami tiap hari aja ngetik. Kadang sampe gak tidur," ucapmu dengan nada santai. Â Seakan mengimbangi kehebohan jari-jarimu memainkan game battle di gadget.Â
"Hmm ..." Aku hanya bergumam, tanpa niat menjawab.Â
"Suatu hari nanti, kita ke Jepang ya, Mi."
"Hmm ..."
Bola mataku sempat melirik ke pergelangan tangan. Setengah jam menuju pukul sepuluh malam. Deadline yang diberikan sang atasan.Â
Menit selanjutnya berlalu. Kita masih saling menyandarkan punggung. Menikmati kebersamaan tanpa suara.Â
Sepi ... hanya suara aliran air di sebelah rumah.
...Â
"Pulang yuk!"
Sebuah suara bass yang lebih dewasa, membuyarkan lamunanku.Â
"Suatu hari nanti, Mami ke Jepang ya, Nak. Dan ninggalin fotomu di sana," bisikku seraya beranjak dari batu besar yang sempat membawa pada kenangan.Â
Embusan udara dingin menemani langkahku, meninggalkan pusaramu.Â
(Memory yang tak lekang, 20.02.2023)Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H