Isabelle Adriana Lie
12 IPS 4, SMAN 3 KABUPATEN TANGERANG
    Provinsi Kalimantan Barat kaya akan kearifan lokal yang diturunkan dari generasi ke generasi dan mencerminkan keunikan praktik budaya penduduknya. Beberapa contoh penting adalah kelompok etnis Dayak di Kalimantan Tengah, yang kearifan lokalnya meliputi sistem keagamaan, struktur kekerabatan, dan pengetahuan tradisional mengenai lingkungan alam.Â
Demikian pula dengan masyarakat Banjar di Kalimantan Selatan yang memiliki ciri budaya khas yang terkait dengan gaya hidup mereka di tepi sungai. Pengaruh globalisasi terhadap kearifan lokal di Kalimantan Barat menimbulkan tantangan terhadap pelestarian kearifan lokal karena perubahan norma-norma masyarakat, tekanan ekonomi, dan meningkatnya paparan terhadap pengaruh eksternal.
    Misalnya, kelompok etnis Dayak menghadapi ancaman terhadap gaya hidup tradisional mereka karena pesatnya urbanisasi, penggundulan hutan, dan hilangnya pengetahuan leluhur. Upaya untuk mendokumentasikan dan mempromosikan kearifan lokal terus bermunculan di kalangan akademisi dan komunitas lokal itu sendiri.Â
Dalam hal melestarikan budaya di tengah globalisasi dan modernisasi ini, Tari Pedang Mualang dari Kalimantan Barat menjadi salah satu contoh budaya yang terkena dampak.
Ancaman yang Dirasakan Tari Pedang Mualang
    Dalam segala hal, selalu ada sisi positif dan negatifnya. Begitu pula dalam hal globalisasi. Globalisasi mungkin dapat membawa budaya Indonesia ke kancah internasional dan menarik perhatian dari penduduk seluruh dunia. Namun efektivitas globalisasi terhadap Tari Pedang Mualang tidak langsung terlihat dalam sumber yang tersedia.Â
Globalisasi biasanya mempengaruhi kultur dan seni tradisional melalui interaksi antar budaya, migrasi populasi, dan media massa. Namun, dari sumber-sumber yang ada, tidak menunjukkan secara langsung bagaimana globalisasi mempengaruhi tarian ini. Sumber menunjukkan, bahwa Tari Pedang Mualang mulai terancam punah karena tidak banyak lagi tua--tuanya yang menurunkan tarian ini kepada generasi muda. Hal ini dapat disebabkan oleh faktor-faktor modern seperti popularitas kesenian baru, ketersediaan informasi yang luas, dan perubahan nilai budaya.
    Ketimbang merasakan dampak positif, Tari Pedang Mualang malah lebih banyak merasakan dampak negatif dari globalisasi. Tari Pedang Mualang adalah sebuah tradisi kesenian yang masih umum dilakukan oleh masyarakat Kalimantan Barat dalam rangka memeriahkan suatu upacara adat, maupun untuk menghibur warga.Â
Akan tetapi, tari ini tidak begitu diperkenalkan pada masyarakat diluar daerah tersebut. Tarian ini menjadi sebuah tarian yang jarang di dengar dan diketahui oleh masyarakat luas, sebab telah tergeser oleh budaya-budaya dari luar.Â
    Tari Pedang Mualang menjadi tradisi yang mulai tertimbun waktu, hilang dimakan zaman. Masyarakat di luar Kalimantan Barat dan sekitarnya mungkin tidak lagi mengenal tarian ini dan malah lebih tertarik dengan kebudayaan luar negeri yang dianggap lebih kekinian. Orang-orang yang hidup di masa modern, terlebih anak-anak muda, sudah tidak lagi berminat pada kearifan-kearifan lokal yang ada di sekitarnya. Mereka cenderung tidak peduli dan dengan mudah melupakan suatu kebudayaan yang sudah diturunkan dari ratusan tahun yang lalu.
    Padahal sesungguhnya, kebudayaan lokal yang masih ada harus terus dilestarikan melalui berbagai macam cara. Di tengah maraknya era globalisasi ini, masyarakat perlu menumbuhkan kepedulian dan kesadaran tentang betapa berharganya sebuah tradisi. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi seharusnya dimanfaatkan sebagai media penyebarluasan budaya yang terancam punah, seperti Tari Pedang Mualang. Sebelum akhirnya hilang, muda-mudi di daerah tersebut bertugas melestarikannya serta memperkenalkannya kepada masyarakat Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H