Dimasa sekarang, masa dimana orang-orang bisa mengakses dan bebas mengekspresikan diri mereka melalui jejaring sosial yang ada pada internet. Secara sederhana internet adalah jaringan besar komputer yang dapat menghubungkan orang-orang (penggunanya).
Internet kini tak lepas dari kehidupan sosial masyarakat di dunia. Rata-rata semua orang dapat mengakses internet melalui perangkat keras mereka seperti komputer, laptop, tablet, dan yang paling populer saat ini adalah ponsel. Melalui internet, penggunanya dapat menemukan apapun yang ia butuhkan, mulai dari berinteraksi dengan orang, memainkan games online, streaming, dan kebutuhan entertain lainnya. Sehingga itu membuat sebab-akibat yang fatal dan juga bisa membuat penggunanya ketergantungan.
Diketahui orang-orang yang menggunakan internet pada saat ini tak lekang dengan umur. Mulai dari anak kecil sampai orang dewasa. Baik kalangan muda, hingga kalangan lansia. Oleh karena itu dampak yang ditimbulkan akan terasa nyata jika internet tidak dipergunakan dengan bijak. Bisa kita lihat pada saat ini, banyak pengguna internet yang terjerat dengan masalah hate comment atau ujaran kebencian yang mana diutarakan oleh individu kepada individu lain atau pada suatu kelompok tertentu.
Margareth Brown S dan Jeffrey Beal berpendapat bahwasannya hate speech itu berbentuk penghinaan dengan cara merendahkan suatu kelompok minoritas, tidak peduli dengan latar belakang maupun sebab-akibat yang berdasarkan ras, etnis, gender, kebangsaan, agama, disabilitas, orientasi seksual dan lain-lain. (Effendi, 1994)
Sedangkan dimata hukum, hate speech (ujaran kebencian) adalah perkataan, tingkah laku, tulisan, maupun pertunjukan yang sangat jelas dilarang karena bisa menimbulkan pertikaian yang tidak diinginkan, prasangka buruk bahkan kekerasan dari pelaku atau korban dari tindakan itu sendiri. (Syahdeini, 2009)
Maraknya perilaku tidak terpuji yang disebut dengan hate speech ini pun ternyata bisa terjadi kepada siapapun yang aktif dalam bersosial media atau orang-orang yang sering menggunakan internet karena kepentingan tertentu.
Sudah rahasia umum bagi mereka yang aktif berkarir dalam ranah media sosial, pasti selalu menuai pujian bahkan hujatan dari masyarakat. Siapakah mereka? Tentunya yang paling sering terkena dampak fenomena hate speech ini biasanya terjadi pada individu kalangan public figure, aktor/aktris, influencer, content creator yang memang pekerjaan mereka bergantung pada sosial media yang tersaji dalam jaringan internet. Namun tidak menutup kemungkinan orang biasa seperti kita juga ikut merasakan perilaku tidak menyenangkan tersebut.
Contohnya saja yang lagi viral pada piala dunia beberapa waktu lalu. Video seorang anak kecil perempuan asal Maroko yang tengah mencibir Christiano Ronaldo dibanjiri jutaan komentar pedas yang membuat ibu dari anak tersebut sampai membuat video klarifikasi minta maaf kepada Ronaldo maupun seluruh fansnya.
Beliau mengatakan kalau anaknya tengah down pada saat ini, bahkan juga beliau mengaku kalau anaknya itu masih tidak mengerti apa yang ia ucapkan dan tidak bermaksud untuk menghina Ronaldo. Dia hanya mengulangi kata-kata yang ia dengar pada saat itu. Lanjut dalam klarifikasi tersebut ibunya mengaku bahwa anaknya yang berumur 9 tahun tersebut tidak mau mengobrol dan makan, bahkan teman-teman sekolah melakukan bullying kepada putrinya. Tentu ini menjadi dampak yang fatal dan menyebabkan ketidakstabilan mental pada anak dibawah umur seperti diri anak perempuan itu.
Contoh lainnya juga banyak kita temui dalam kehidupan sehari-hari. Kehidupan sosial yang kita jalankan tiap harinya juga sering dikomentari oleh orang terdekat kita, yang paling mudah ditemui itu pada saat ini yaitu dari tetangga atau teman-teman yang merasa iri ataupun merasa dirinya yang paling benar daripada kehidupan yang kita sendiri tengah jalankan.
Menurut Haidar Buldan Tantowi, S.Psi., M.A., Ph.D yang merupakan salah satu dosen Fakultas Psikologi UGM yang sekaligus menjadi pakar psikologi internet pada talkshow yang ditayangkan dikanal Youtube UGM (UGM Channel). Beliau mengatakan ada banyak faktor yang menyebabkan seseorang menebarkan hujatan di internet.
Salah satunya yaitu di dalam pribadi individu ada prasangka buruk terhadap suatu kelompok, misalnya penilaian negatif antar-individu maupun kelompok yang mana mendorong mereka berpikir yang tidak-tidak sehingga hal itu menyebabkan mereka untuk berkomentar seenaknya.
“Kalau dia memang memiliki prasangka yang tinggi terhadap kelompok atau agama tertentu, ya dia bisa melakukan hate speech,” tutur Haidar di talkshow yang berdurasi tiga puluh enam menit empat puluh detik itu.
Orang-orang yang mungkin awam dengan sosial media (khalayak pasif) mungkin tidak akan terlalu peduli dengan dampak apa yang ditimbulkan akibat ujaran jahat mereka. Begitupun anak kecil, atau orang-orang yang belum teredukasi baik dengan perasaan seseorang dan kesehatan mental karena sudah menganggap diri mereka paling benar. Mereka juga dapat dengan mudah terprovokasi dengan berita-berita hoax yang tersebar, lalu dengan santainya langsung menghakimi orang lain seolah-olah diri sendiri sudah sempurna.
Padahal sebagai manusia kita tidak sepantasnya untuk menghakimi orang-orang dengan perkataan maupun ketikan kasar yang kita lontarkan apalagi itu bisa memberi dampak buruk bagi orang lain. Sebagai Khalayak aktif dan orang-orang yang teredukasi sangat wajib bagi kita untuk menggunakan internet sebaik-baiknya. Jika saja ada rasa tidak suka dengan perilaku orang lain, ada baiknya kita memilih untuk diam atau mungkin menegur dengan bahasa yang sopan dan tutur kata yang baik. Sehingga, mencerminkan bahwasannya kita adalah seorang individu yang terpelajar dan itu berpengaruh pada personal branding (citra diri) untuk diri kita kedepannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H